Jakarta, 13 Juni 2018
Tradisi mudik tak lepas dari kegiatan mobilisasi seluruh anggota keluarga, termasuk bayi dan balita.
Persiapan mudik bersama si kecil memang kerap dirasa lebih butuh persiapan detail. Kisah para orang tua ketika mudik bersama buah hatinya menarik untuk disimak.
“Ini mudik pertama kalinya bersama baby Raya. Suami memilih naik pesawat karena pertimbangan fasilitas buat bayi di Terminal 3 Bandara Soetta ternyata sangat membantu pas proses tunggu jadwal penerbangan,” ujar drg. Lusi Nirmalawati yang membawa bayi perempuannya, Dwarayasa Pratibha Kaniraras.
Dokter di sebuah klinik kawasan Cibinong, Bogor ini berangkat pada H-5 Lebaran menuju Pasuruan, Jawa Timur. Kota Santri jika ditempuh via udara melalui Bandara Juanda, Sidoarjo butuh 1,5 jam. Kemudian dilanjutkan perjalanan darat sekira satu jam.
Persiapan mendetail justru dilakukan ketika berangkat dari rumahnya. Berbagai kebutuhan bayi, seperti makanan pendamping ASI, popok, baju ganti, dan tisu ditempatkan dalam satu tas tersendiri.
Meski penerbangan terjadwal pukul 15.20 WIB, Lusi, suaminya, Agung dan Raya berangkat dari rumahnya di Cibinong pukul 09.30 WIB. Mereka tiba di bandara dua jam kemudian.
“Si baby nggak rewel selama jadwal minum ASI tepat meskipun masa tunggunya lumayan lama. Untungnya fasilitas ganti popok juga sudah disiapkan,” cetus Lusi.
Selama penerbangan rupanya pasangan ini telah mempersiapkan dengan matang. Maka, ketika masuk pesawat dan duduk, imbuh Lusi, penutup telinga khusus bayi dipasang buat Raya agar sang anak tenang.
Strategi ini nampaknya berhasil karena bayinya langsung tertidur di tengah tangisan anak-anak lainnya di dalam pesawat.
“Alhamdulillah, sampai rumah tidak ada gejala sakit atau Raya kecapekan setelah perjalanan mudik via udara dan darat,” ujar Lusi dengan nada bahagia.
Strategi dari ibu lain yang membawa satu balita berumur 4 tahun, Farzana Kinanti dan bayi berumur 23 bulan, Abimanyu bisa ditiru.
“Membawa bayi dan Balita dalam perjalanan mudik itu memang persiapannya cukup banyak. Dari kelengkapan kesehatan bahkan kesukaannya pun kita bawa,” terang sang ibu Faiqoh Aliyatul Himmah.
Perempuan yang mempunyai usaha bakery online ini mengaku sudah mengalami masa mudik berkali-kali sejak kelahiran anak pertamanya. Sehingga ia sudah hafal apa saja yang perlu dipersiapkan.
Barang wajib yang selalu dibawa versi Faiqoh adalah obat penurun panas, buku bacaan serta mainan anak dalam satu tas khusus. Yang menarik, ia tidak membawa popok sekali pakai dan susu UHT kemasan terlalu banyak. Lantaran ia merasa kebutuhan pokok anaknya tersebut bisa dilengkapi ketika sudah tiba di rumahnya, Jember.
Ditambah lagi si bungsu, Abim masih minum Air Susu Ibu (ASI) sehingga makin simpel saja tentengan Faiqoh. Kalaupun agak rewel, ia cukup menenangkan dengan asupan ASI.
Keluarga ini memilih penerbangan subuh dari Bandara Soetta ke Bandara Juanda karena akan melanjutkan dengan kereta api pukul 07.00 WIB. Tak ayal, mereka berangkat sejak pukul 02.00 WIB dari rumahnya di Depok, Jawa Barat.
“Nah, kita harus mengatur sahur di Bandara dan bertepatan jam tidurnya anak-anak. Kami kasih tahu mereka sebelumnya bahwa harus bangun lebih awal karena mau mudik dan mereka bahagia akan bertemu eyangnya, jadi pas bangun malam untuk menuju bandara dia nggak rewel,” jelas Faiqoh.
Cara ini terbukti ampuh karena si sulung yang selalu menjadi contoh bagi adik lelakinya langsung bangun, mandi, dan siap ke bandara tanpa tangisan. Untuk urusan kesehatan, Faiqoh dan suami memilih membawa bekal nasi dan lauk masakan sendiri yang lebih disukai anak-anaknya.
Walhasil, perjalanan yang total menghabiskan waktu selama 10 jam menjadi sebuah pengalaman berkesan bagi Kinan dan Abim. Lantaran orang tua mereka sangat memerhatikan kebutuhan anak-anak dengan baik.
“Prinsipnya, selama mudik anak-anak jangan dibiasakan bermain gadget agar mereka menikmati selama di kendaraan. Kami juga sudah bikin list kemana saja kita akan pergi agar tahu prioritas untuk keluarga dan tidak membuat anak kecapekan,” kata Faiqoh menegaskan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(wul)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM