Semarang, 2 Juli 2019
Pertemuan Interpillar Consultation Meeting for the Reformulation and Production of Healthy Food and Beverage Options di Semarang pada tanggal 1-2 Juli 2019 berhasil menyepakati rancangan analisis situasi dan ASEAN Leaders Call for Action on Reformulation and Production of Healthier Food and Beverage Options. Dokumen selanjutnya akan diproses untuk diadopsi oleh para Kepala Negara anggota ASEAN pada ASEAN Summit mendatang di tahun 2020. Setelah diadopsi oleh para Kepala Negara, ‘ASEAN Leaders’ Call for Action’ ini nantinya akan menjadi dasar perumusan kebijakan dan program promosi makanan dan minuman jadi dan kemasan yang lebih sehat dikawasan ASEAN. Strategi yang disepakati diantaranya adalah kampanye dan edukasi masyarakat memilih makanan dan minuman sehat, mendorong penerapan Front-of Pack pada kemasan makanan dan pengaturan fiscal, serta wacana penambahan serat dan nutrisi mikro esensial pada makanan jadi. Pertemuan ini merupakan salah satu kegiatan yang dipimpin oleh Indonesia, sesuai mandat dokumen Rencana Kerja ASEAN Health Cluster (AHC) 1: Promoting Healthy Lifestyle Tahun 2016-2020.
Pertemuan dihadiri lebih lima puluh orang, terdiri dari perwakilan kelompok kluster 1 kesehatan yang menangani program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan promosi gizi baik dan diet sehat serta perwakilan kelompok kerja produk makanan jadi dan Forum Cukai dan Perpajakan negara-negara anggota ASEAN. Pertemuan juga dihadiri oleh Sekretariat ASEAN perwakilan dari tiga kelompok kerja, WHO Indonesia, dan ahli nutrisi.
Pertemuan ditutup dengan sambutan yang disampaikan oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Anung Sugihantono, M.Kes. Dalam sambutannya, Dirjen P2P menyampaikan bahwa kesehatan dan kesejahteraan sosial ditentukan oleh banyak faktor selain sistem kesehatan, yaitu kondisi sosial ekonomi, pola konsumsi yang terkait dengan ketersediaan makanan, demografis, lingkungan, pola asuh keluarga, sampai dengan perubahan kondisi sosio-politik dan ekonomi global, dalam hal ini terkait komersialisasi dan perdagangan lintas batas negara.
“Reformulasi produk makanan dan minuman jadi adalah upaya untuk menyelesaikan atau menanggapi masalah kesehatan, meskipun kita masih sering berargumen karena hal ini terkait dengan bisnis dan politik”, kata dr. Anung. Menurutnya, masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan mengadopsi pendekatan holistik melalui pemberdayaan individu dan masyarakat, mendorong kepemimpinan di bidang kesehatan masyarakat, mempromosikan kerjasama lintas sektoral dan menciptakan sistem kesehatan yang berkelanjutan.
Dirjen Anung menutup pertemuan dengan penekanan pada 3 poin penting, yaitu (1) mengacu pada situasi nasional dan regional, ASEAN memerlukan mekanisme investasi melalui pilihan makanan dan minuman sehat secara berkelanjutan (2) pengawalan Adopsi ‘ASEAN Leaders’ Call For Action’, (3) pertemuan ini mengawali pengembangan platform pengembangan jejaring yang lebih erat antar Negara-negara Anggota ASEAN yang bersifat lintas sektoral.
Dalam kegiatan ini, Kementerian Kesehatan melibatkan stakeholders terkait seperti BPOM, Kemenkeu terkait dengan pajak dan cukai, Kemenperin, Kemenko PMK, dan peneliti dari Universitas Gjah Mada. Hasil pertemuan ini akan dilaporkan pada rangkaian Pertemuan Para Menteri Kesehatan ASEAN di Kamboja pada tanggal 28 Agustus 2019 mendatang.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM