Jakarta, 26 Juli 2017
Setiap tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil.Hepatitis B (HBsAg) reaktif pada ibu hamil rata–rata 2,7%, maka setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang 95% berpotensi mengalami hepatitis kronis (sirosis atau kanker hati) pada 30 tahun ke depan.
Sementara itu satu kasus sirosis membutuhkan biaya 1 miliar dan pengobatan kanker hati sekitar 5 miliar dengan angka kesembuhan yang minim.
Kasubdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes RI dr. Sedya Dwisangka mengatakan berdasarkan Riskesda 2017, sebanyak 7,1 % penduduk Indonesia mengidap hepatitis B.
“Kita harapakan bisa deteksi dini untuk ibu hamil sebanyak 5,3 juta. Kita prioritaskan untuk ibu hamil karena 95% penularan terjadi dari ibu ke bayi,” kata dr. Sedya pada Temu Media terkait Hari Hepatitis sedunia di gedung kemenkes, Jakarta, Rabu (26/7).
Target di 2017, sebesar 30% kabupaten/kota melakukan deteksi dini Hepatitis B, pada 2018 sebesar 60% kabupaten/kota melakukan deteksi dini Hepatitis B, dan 90% kabupaten/kota melakukan deteksi dini Hepatitis B pada 2019, serta eliminasi Hepatitis B pada 2020.
Kementerian Kesehatan berupaya mengendalikan hepatitis. Pengendalian tersebut bertujuan untuk mencapai eliminasi Hepatitis B dan C pada 2030.
Apabila kita cermati, ujar dr. Sedya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2005-2024), pembangunan kesehatan menuju ke arah pengembangan upaya kesehatan dengan target 90% bayi baru lahir mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0 (HB0) kurang dari 24 jam, dan 80% orang yang ditemukan Hepatitis B dan C mendapat layanan lanjutan.
“Jangan dianggap remeh (pemberian vaksin Hepatitis B) harus segera untuk melindungi bayi,” kata dr. Sedya.
Strategi pencegahan yang dilakukan yakni, ibu hamil diperiksa skrining Hepatitis B, dan bagu ibu hamil yang terinfeksi Hepatitis B dianjurkan berobat dan konsultasi.
Selanjutnya, bayi dari ibu hamil yang HBsAg reaktif, mendapat tambahan vaksin Hepatitis B Immune Globuline (HBIG) kurang dari 24 jam setelah kelahiran, dan menyarankan ibu hamil dengan Hepatitis B (HBsAg reaktif), untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan.
Penularan Hepatitis
Hepatitis A dan E ditularkan melalui kotoran dan mulut. Biasanya penderita merasa lemas akut. Belum ada obat untuk jenis hepatitis ini, namun dapat sembuh dengan sendirinya.
Lain halnya dengan Hepatitis B, C, dan D. Hepatitis tersebut ditularkan melalui kontak cairan tubuh.
“Hepatitis C dan B tidak jauh beda. 1,01 % penduduk Indonesia mengidap Hepatitis C. Obat nya sudah ada, yaitu dengan obat Direct Acting Antiviral (DAA), ” kata dr. Sedya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email HYPERLINK “mailto:kontak@kemkes.go.id” kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013