Makkah, 24 Agustus 2017
Krisis, kata yang tepat menggambarkan peenyelenggaran kesehatan haji. Semua harus cepat, tepat dan akurat, tak boleh telat sedikitpun. Sebab, akibatnya bisa fatal. Penaganan jemaah sakit sebagian besar penangangan kegawat daruratan.
Demikian penjelasan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Dr.dr. Jusup Singka, MSc, menanggapi tentang penyelenggaraan Kesehatan Haji, 24 Agustus 2017, di Makkah.
“Apalagi jemaah kita sudah memiliki penyakit kronis sejak di tanah air yang rentan untuk kambuh atau menjadi lebih berat, karena kondisi sosial dan lingkungan di Arab Saudi”, jelasnya.
Mulai dari tenaga dokter, perawat, administrasi, laboratoriun dan farmasi, semua dalam keadaan siap layani. Tak peduli jemaah haji sakit itu datang pagi, siang, sore dan malam, jam berapapun. Semua langsung mendapat respon dan penanganan yang cepat dan akurat, tak boleh lengah.
Menurut penjelasan Duty Manager KKHI Makkah, dr. Dewi Kartika Sari, bahwa Klinik kesehatan haji Indonesia (KKHI) Makkah, dari menjelang subuh hingga pagi pukul 09.00, selalu sangat sibuk, karena jemaah sakit datang berduyun duyun, silih berganti, rata rata 70 sd 80 pasien datang selama 12 jam pelayanan.
Lebih lanjut, dr. Dewi mengatakan rata rata pasien risti yang berobat kesini, tak ada pendamping dan sudah dalam keadaan yang harus membutuhkan penanganan lebih lanjut.
“Hal ini terjadi karena Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) di kloter sudah tak sanggup memberi pelayanan, termasuk tenaga kesehatan di tingkat sektor”, jelasnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH