Makkah, 30 Juli 2018
Sampai dengan tanggal 29 Juli 2018 pukul 17.00 Waktu Arab Saudi sebanyak 80.973 jemaah dari 201 kloter telah tiba di Tanah Suci. Dari jumlah tersebut 68,77% atau 55.685 orang di antaranya adalah jemaah haji dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan. Ini dilihat di antaranya dari jemaah yang umurnya lebih dari 60 tahun dan penyakit yang telah ada sejak di Tanah Air.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan tingginya Risti merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Karena memang demikianlah kondisi kesehatan jemaah haji Indonesia yang mayoritas sudah usia lanjut yang sudah disertai dengan penyakit penyerta.
“Fakta ini harus dihadapi bersama sama. Tidak hanya melalui pendekatan kesehatan saja tetapi pendekatan yang komprehensif. Semua pihak harus sepakat bahwa jemaah haji harus terlindungi agar dapat menjalankan ibadahnya sampai tuntas dan kembali ke Tanah Air menjadi haji Mabrur,” kata Eka.
Eka menambahkan, pemerintah harus pro Rakyat. Harus pro Jemaah.
“Saya mengajak semua pihak untuk mensukseskan program kesehatan jemaah haji yang merupakan bagian dari upaya perlindungan jemaah secara menyeluruh. Kita sebagai petugas haji harus memiliki satu target, satu kepentingan, yaitu melindungi jemaah haji,” tegas Eka.
Kepada jemaah, Eka mengingatkan jemaah untuk menghemat tenaga menjelang Armina.
“Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas yang tidak penting. Cukup istirahat. Jaga pola makan, dan banyak minum,” tegas Eka.
Data Kesehatan Haji
Hingga hari ke-13 penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, pelayanan kesehatan jemaah diberikan di 3 tempat, yaitu di Kloter oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), di Bandara oleh Tim Mobile, dan di Klinik Kesehatan Haji Indinesia (KKHI). Adapun total rawat jalan oleh TKHI sebanyak 22.059 orang (20.564 orang di Madinah dan 1.495 orang di Makkah) dan total rujukan sebanyak 273 orang (252 orang di Madinah dan 21 orang di Makkah).
“Diagnosa penyakit terbanyak rawat jalan adalah hipertensi sebanyak 3.727 orang,” kata Eka.
Tim Mobile di bandara mendata 160 jemaah mengalami masalah kesehatan.
Di KKHI Madinah menerima 14 rujukan, 41 jemaah yang dirawat inap, dan merujuk 21 jemaah ke RSAS. Sementara di KKHI Makkah telah menerima 10 pasien, masih dirawat inap 7 jemaah, dan merujuk 14 jemaah ke RSAS.
Untuk mengingatkan jemaah senantiasa menjaga kesehatannya, Tim Promotif Preventif (TPP) telah memberi penyuluhan kepada 201 Kloter.
“Penyuluhan mulai diberikan ketika jemaah tiba di Bandara, di bus, pemondokan, dan di Masjid Nabawi setelah salat subuh,” kata Eka.
Penyuluhan diberikan agar jemaah selalu menggunaakan alat pelindung diri (APD) lengkap setiap beraktivitas di luar pondokan. APD yang dianjurkan meliputi penggunaan payung, kacamata hitam, masker, semprotan air, dan sandal.
Untuk payung dan kacamata, Kemenkes telah menyiapkan 204.000 buah yang diberikan kepada semua jemaah haji. Sementara masker, sandal, dan semprotan air masing-masing berjumlah 20.400 atau 10% dari jumlah jemaah, dibagikan kepada jemaah yang kedapatan tidak memakai masker, semprotannya rusak atau hilang, dan tidak memakai alas kaki.
Selain itu, TPP juga mendistribusikan dan memasang poster dan banner berisi pesan-pesan kesehatan. Pemasangan dilakukan di sektor-sektor dan di pemondokan yang banyak dilalui jemaah.
“Sampai hari ini sebanyak 15 jemaah wafat. Penyebab wafat terbanyak dipicu oleh penyakit jantung (11 orang). Lokasi wafat terbanyak di pondokan sebanyak 6 orang,” jelas Eka.
Eka mengingatkan jemaah untuk selalu menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji nanti.
“Haji itu Arafah. Siapkan tenaga supaya bisa ibadah maksimal,” tegas EKa.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM