Bogor, 23 November 2018
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan libatkan mahasiswa Fakultas Kedokteran yang ada di Sulawesi Selatan untuk membenahi masalah TBC, stunting, dan imunisasi. Ketiga masalah itu merupakan program kesehatan nasional yang telah disepakati oleh seluruh pihak di bidang kesehatan yang penyelesaiannya harus disegerakan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Bachtiar Baso mengatakan pihaknya akan melibatkan 5 fakultas, yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Farmasi di Sulawesi Selatan.
“Sebagai langkah awal akan dilaksanakan di Makassar dan daerah sekitarnya. Untuk TBC akan ditetapkan satu Sarjana Kesehatan Masyarakat untuk satu desa,” kata Bachtiar Baso pada Rapat Koordinasi Pelaksanaan Operasional Program (Rakorpop), Jumat (23/11) di Bogor.
Begitupun dengan penurunan stunting, Bachtiar mengatakan stunting adalah masalah gizi kronis yang penyelesaiannya membutuhkan waktu yang lama. Harus ada komitmen dari berbagai pihak untuk sama-sama menurunkan masalah stunting di Sulawesi Selatan, seperti perhatian penuh pada 1000 hari pertama kelahiran (HPK).
“Untuk 1000 HPK kita akan menetapkan satu mahasiswa kedokteran untuk satu ibu hamil,” ucap Bachtiar.
Ke depannya lanjut Bachtiar, 5 fakultas tersebut akan dilibatkan dalam strategi penanganan TBC, stunting, dan Imunisasi di seluruh desa di Sulawesi Selatan secara merata.
Pekan Imunisasi MR
Sama halnya dengan TBC dan stunting, imunisasi termasuk program nasional yang harus ditingkatkan cakupannya. Bachtiar mengaku pada program imunisasi MR, yang menjadi tantangan adalah soal halal haram, namun untuk menghadapinya, Bachtiar mengaku sudah ada strategi yang akan dilakukan oleh jajaran kesehatan di Sulawesi Selatan.
“Soal halal haram kita sudah buat strateginya dengan gerakan pekan imunisasi MR di Sulsel. Nanti (acara) tanggal 30 November,” kata Bachtiar.
Selain itu, lanjut Bachtiar, pihaknya telah melakukan prakondisi kepada seluruh bupati dan walikota yang cakupan imunisasi MR nya masih rendah, yakni ada 10 kabupaten dari 24 kabupaten/kota. Namun ada 3 kabupaten yang cakupannya melebihi target 95%.
“Kami punya tiga kabupaten yang sudah selesai, ada yang 102, ada 99, ada 98 persen. Yang lain sudah mendekati 95%, tapi yang 10 kabupaten ini masih cukup jauh, jadi ini yang kita fokuskan,” ucap Bachtiar.
Terhadap 10 kabupaten itu, Bachtiar mengaku sudah melakukan pendekatan kepada bupati dan walikotanya. Sikap bupati dan walikota sangat mendukung untuk menyelesaikan imunisasi MR sampi 31 Desember.
“Kita juga melakukan pendekatan ke MUI se-Sulsel dan khusus kepada ketua MUI yang 10 kabupaten ini. Kita juga lakukan pendekatan ke Kemenag provinsi dan dinas pendidikan karena banyak sekolah dan pesantrean yang masih ragu soal vaksin MR ini,” katanya.
Dalam upaya eliminasi TBC, penurunan stunting, dan peningkatan cakupan imunisasi, bagi Bachtiar, yang harus dilakukan adalah merangkul semua stakeholder terkait. Karena itu, kepala dinas kesehatan yang baru menjabat 3 bulan itu melakukan kerjasama dengan Ketua Tim Penggerak PKK Liestiaty F. Nurdin. Kerjasama itu tidak hanya soal TBC, stunting, dan Imunisasi, tapi perbaikan kesehatan secara menyeluruh.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM