Noordwijk, 20 Juni 2019
Menteri Kesehatan Belanda, Mr. Bruno Bruins, dan Ketua Delegasi Jerman menyampaikan dukungan kedua negara tersebut kepada Pemerintah Indonesia dalam upaya memerangi resistensi antibiotik (Anti-Microbial Resistance/AMR) di Indonesia melalui Program Twining AMR. Dukungan tersebut disampaikan secara terbuka dalam sesi Working Luncheon para Menteri pada Konferensi Tingkat Menteri Resistensi Anti-Mikroba ke-2 (2nd Ministerial Conference on AMR) di Noordwijk, Belanda, tanggal 19-20 Juni 2019.
Menkes Belanda dalam kesempatan menutup Konferensi (20/06/2019) menjelaskan, “Belanda mengapresiasi kinerja Indonesia dalam penanganan AMR dan dengan telah ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) Bidang Kesehatan dengan Plan of Action (PoA) yang mencakup program kerja sama AMR, Belanda siap menyelenggarakan Program Twining AMR dengan Indonesia”. Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Delegasi Jerman pada Working Luncheon (19/06/2019) bahwa Jerman sangat mengharapkan kerja sama konkrit dengan Indonesia melalui Program Twining AMR.
Program Twining AMR merupakan salah satu capaian Konferensi Tingkat Menteri AMR ke-2 yang diciptakan sebagai sarana untuk memungkinkan negara-negara dapat mengadakan kerja sama bilateral dalam penanggulangan AMR. Implementasi Program Twining dapat berupa dukungan sumber daya baik perencanaan program, bantuan teknis dan pembangunan kapasitas atau membangun inisiatif bersama pada tingkat global.
Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, SpM(K) menyambut baik tawaran Program Twining AMR dari Belanda dan Jerman tersebut dan mengharapkan bahwa program ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan koordinasi multi-sektor dalam memerangi AMR di Indonesia. Lebih lanjut Menkes RI menngharapkan bahwa Program Twining AMR Indonesia dengan Belanda dan juga Jerman diharapkan menjadi momentum peningkatan upaya penanggulangan AMR di Indonesia.
Menkes RI juga menjelaskan bahwa meskipun terdapat kemajuan yang diapresiasi oleh sejumlah negara, namun Indonesia masih harus bekerja keras untuk menangani AMR yang masih cenderung meningkat. Diperlukan kerja sama multi-sektor dengan pendekatan One-Health mulai dari peningkatan kepedulian tenaga kesehatan, baik kesehatan manusia dan hewan serta lingkungan dan pangan, kepedulian masyarakat, penguatan legislasi dan penegakan hukum, peningkatan dukungan anggaran yang berkelanjutan, laboratorium dan surveillance, serta fasilitas pelayanan kesehatan.
Konferensi Tingkat Menteri Resistensi Anti-Mikroba ke-2 diselenggarakan di Noordwijk, Belanda, pada tanggal 19-20 Juni 2019. Konferensi membahas tema “Accelerating Ambitions for Future Health” dan menjadi platform bagi para pemangku kebijakan dari berbagai negara dan pemangku kepentingan lainnya guna membahas kemajuan implementasi WHO Global Action Plan on AMR (GAP-AMR), upaya tripartite WHO, FAO dan OIE dalam mendukung implementasi GAP-AMR, upaya percepatan dan peningkatan kolaborasi lintas sektoral, serta penguatan kerja sama internasional dan peningkatan saling berbagi praktik terbaik dari masing-masing negara dalam mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian Anti-Mikroba.
Konferensi dibuka oleh Princess Margriet of the Netherlands dan dihadiri oleh 11 Menteri Kesehatan dan Pertanian serta 250 peserta dari 45 negara. Delegasi RI terdiri dari wakil Ditjen Yankes, Ditjen Farmalkes, Badan Litbangkes, Badan PPSDM Kesehatan, serta perwakilan rumah sakit, yaitu: RSUP Kariadi Semarang, RSUP Sanglah, RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, dan RSUD Soetomo Surabaya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM