Makkah, 16 Juli 2019.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah jemaah haji terbesar di dunia yang mengirimkan sebanyak 231.000 jemaah ke tanah suci, tentu memerlukan kapasitas penyelenggaraan haji yang baik. Tidak hanya pada aspek pelayanan ibadah, akomodasi dan transportasi, akan tetapi juga pada bidang pelayanan kesehatan. Kemampuan Indonesia tersebut menarik minat negara lain untuk mempelajari dan menggali pengalaman keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji.
Pada Selasa (16/7) siang Waktu Arab Saudi (WAS), Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah menerima kedatangan kunjungan tim pengelola haji dari negara Malaysia atau Tabung Haji Malaysia. Rombongan Tabung Haji Malaysia dipimpin langsung oleh ketuanya, Dr. Faiz. Ia didampingi oleh 20 orang tim kesehatan Malaysia. Kedatangan rombongan dari negeri Jiran ini diterima oleh perwakilan Kementerian Kesehatan yakni Kepala Pusat Kesehatan Haji, Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kabid Kesehatan Arab Saudi, Kasi Kesehatan Daker Makkah dan jajaran KKHI Makkah.
“Tabung Haji banyak bertanya-tanya sistem penyelenggaraan kesehatan haji yang dikelola oleh Indonesia,” jelas Eka usai menerima tamunya.
Eka menjelaskan sistem penyelenggaraan kesehatan haji Indonesia yang bertujuan untuk membina, melayani dan melindungi seluruh jemaah haji. Upaya di bidang kesehatan sudah dimulai sejak para jemaah haji Indonesia mendaftar untuk beribadah haji. Pembinaan kesehatan terus dilakukan menjelang waktu keberangkatan hingga klimaksnya selama masa ibadah haji di Arab Saudi. Semua upaya ini merupakan wujud dukungan Kemenkes dalam penyelenggaraan haji di Indonesia yang seluruh pembiayaannya bersumber dari APBN.
Selama memimpin Pusat Kesehatan Haji sejak 2016, Eka menyampaikan beberapa inovasi yang sudah ia lahirkan. Pertama adalah tentang pembentukan tiga tim tenaga kesehatan yang terdiri dari Tim Promotif Preventif, Tim Gerak Cepat dan Tim Kuratif Rehabilitatif. Tim bekerja di tiga daerah kerja yang ada di Arab Saudi. Ketiga tim ini saling bersinergis dalam melayani jemaah. Sinergi dibangun tidak hanya dalam sektor kesehatan saja melainkan juga dengan sektor lainnya yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama dan lembaga lainnya.
Dalam sesi diskusi, pihak Malaysia mencari tahu tentang pengelolaan data status kesehatan jemaah. Eka lalu menjelaskan inovasi tentang Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH). Pengadaan kartu ini untuk mengetahui kondisi kesehatan setiap jemaah haji. KKJH dilengkapi QR code dan barcode yang berisi data lengkap status kesehatan tiap jemaah yang dikelola dalam Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes). Khusus bagi jemaah risti, KKJH juga dilabeli tanda warna oranye.
Terakhir Eka juga menceritakan tentang gerakan minum air bersama. Gerakan tersebut dicanangkan kemarin (15/7) saat melepas jemaah kloter JKS 01 dari Madinah menuju Makkah. Ajakan yang bertujuan untuk menghindari dehidrasi ini akan terus dimasifkan pada musim penyelenggaraan haji tahun 2019. Minum air bersama seluruh jemaah juga akan dipraktikkan pada saat masa Arafah, Muzdalifah dan Mina pada selang waktu tertentu.
Malaysia tahun ini mengirimkan sebanyak 32.200 jemaah haji dalam 69 kloter. Untuk melayani jemaahnya, mereka mengirimkan 250 tenaga haji yang 60 diantaranya ialah tenaga dokter. Malaysia mengakui, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah jemaah negaranya lebih besar dibandingkan dengan rasio milik Indonesia. Namun demikian Indonesia dengan segala keterbatasannya bisa mengelola sumber dayanya dengan sangat efektif dan efisien.
“Mereka mengagumi sistem pelayanan kesehatan Indonesia yang terintegrasi mulai promosi kesehatan sampai ke emergensi tim di lapangan,” ujar Eka.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (AM)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.