Jakarta, 19 November 2019
Sebagai wujud pelaksanaan wisata kesehatan (health tourism), Menkes Terawan Agus Putranto hari ini, di Jakarta, meluncurkan 1 dari 4 bagian wisata kesehatan yaitu wisata kebugaran dan jamu. Pilot project untuk kegiatan ini ada di 5 tujuan yaitu wilayah Joglosemar (Yogyakarta, Solo, Semarang), Bali dan DKI Jakarta.
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah bekerjasama dalam mengembangkan Wisata Kesehatan. Berdasarkan Konsep dan Peta Jalan Pengembangan Wisata Kesehatan yang disepakati bersama, Wisata Kesehatan terdiri dari 4 klaster yaitu: (a) Wisata Medis; (b) Wisata Kebugaran dan Jamu; (c) Wisata Olahraga yang mendukung Kesehatan; dan (d) Wisata Ilmiah Kesehatan.
Menkes menegaskan bahwa Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sepakat untuk memprioritaskan pengembangan wisata kebugaran dan jamu, karena dinilai memiliki prospek kesehatan, budaya, dan ekonomi yang tinggi.
“Penetapan Wisata Kebugaran dan Jamu menjadi prioritas ini merupakan keputusan yang tepat, selain mempunyai nilai jual yang tinggi, Indonesia menawarkan tindakan promotif dan preventif lebih utama dalam bidang kesehatan,” kata Menkes.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, Kementerian Kesehatan telah membentuk Tim Gugus Tugas Pelaksanaan Pengembangan Wisata Kesehatan yang beranggotakan lintas program, lintas Kementerian/Lembaga, Pelaku Bisnis, Akademisi, Media, Masyarakat, dan stakeholders non pemerintah lainnya termasuk pelayanan kesehatan swasta, produsen jamu dan pengobatan tradisional yang telah memiliki kesiapan untuk melaksanakan wisata kesehatan.
Hasil survei Global Buyers Survey 2016 – 2017 menunjukkan bahwa ada sekitar 11 juta wisatawan atau sekitar 3%-4% dari total penduduk dunia melakukan perjalanan wisata dengan tujuan wisata medis. Sedangkan menurut survei Global Wellness Economy Monitor pada January 2017 yang merupakan data tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah perjalanan untuk pariwisata kebugaran sebanyak 691 juta, jumlah ini meningkat 104,4 juta dibandingkan tahun 2013. dari 691 juta perjalanan wisata tersebut, hanya 11% yang tujuan utamanya untuk wisata kebugaran, sedangkan sisanya yaitu 89% bertujuan untuk mencari dan mendapatkan wisata kebugaran.
Ini menunjukkan bahwa pariwisata kesehatan khususnya kebugaran memiliki prospek yang kian berkembang ke depannya. Karenanya, Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tengah berupaya untuk mengelola serta mengembangkan wisata kebugaran.
Salah satunya dengan menetapkan beberapa daerah sebagai perjalanan wisata kebugaran di antaranya Daerah Joglosemar yaitu Jogja, Solo dan Semarang yang menawarkan kearifan lokal, Bali dengan sajian layanan berkelas serta Jakarta dengan teknologi barunya.
Dikenal sebagai ramuan herbal tradisional khas Indonesia yang sudah digunakan secara turun temurun, jamu dipercaya memiliki khasiat-khasiat yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan melindungi diri dari penyakit sehingga bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan. Karenanya pelayanan kesehatan jamu menekankan pada upaya mempertahankan, menjaga, serta meningkatkan kemampuan tubuh agar mencapai derajat kesehatan yang tinggi. Pengembangan wisata kesehatan jamu bisa menjadi perpaduan antara pengobatan, nilai ekonomis, wisata, serta edukasi sebagai upaya mengenalkan ramuan herbal asli Indonesia ke kancah internasional.
“Selain itu pengembangan wisata kesehatan diharapkan mampu menciptakan multiplier effect untuk menumbuhkan minat investasi di bidang pelayanan wisata kesehatan yang semakin tinggi di Indonesia,” ungkap Menkes.
Di Indonesia sendiri telah memiliki badan yang secara khusus mengembangkan wisata dengan memanfaatkan klinik herbal yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BP2P2TOOT) yang berada di Tawangmangu, Jawa Tengah.
Untuk mendukung konsep dan peta jalan Health Tourism, Kementerian Kesehatan menyatakan keseriusannya dalam mengembangkan dan menggarap wisata kesehatan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan disusunnya buku Katalog Wisata Kesehatan sebagai upaya penyebaran informasi bagi wisatawan akan kesediaan fasilitas layanan kesehatan unggulan di daerah wisata prioritas.
“Dalam buku Katalog Wisata Kesehatan menginformasikan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit baik publik maupun swasta yang telah siap menyelenggarakan layanan unggulan (medical tourism), informasi tentang fasilitas kesehatan tradisional unggulan jamu dan herbal serta wisata kebugaran (wellness tourism), serta peluang lain seperti wisata kesehatan olah raga (sport health tourism) dan wisata ilmiah kesehatan yang memiliki peluang yang besar dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Indonesia,” ungkapnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM