Jakarta, 8 Maret 2018
Hari Kamis minggu kedua di bulan Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ginjal Sedunia atau World Kidney Day. Tahun ini, peringatan ini jatuh pada tanggal 8 Maret 2018 dan bersamaan dengan Hari Perempuan Internasional 2018. Karena itu, tema yang diangkat pada peringatan tahun ini adalah Ginjal dan Kesehatan Perempuan: Rangkul, Hargai, dan Berdayakan.
“Tema tahun ini mengajak kita mempromosikan akses yang terjangkau dan adil terhadap pendidikan kesehatan, perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit ginjal bagi semua wanita dan anak perempuan di dunia”, tutur Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, saat membuka Forum Diskusi Dialisis dalam rangka Hari Ginjal Sedunia 2018 hasil kerja sama Kemenkes RI dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKEKK FKM UI) di Ruang Siwabessy, Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Kamis pagi (8/3).
Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), dr. Aida Lydia, PhD, Sp.PD-KGH, menyatakan bahwa peringatan Hari Ginjal Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan kita semua akan pentingnya upaya pencegahan penyakit ginjal, sekaligus meningkatkan peran serta masyarakat.
Berkaitan dengan tema Hari Ginjal Sedunia yang diangkat pada tahun ini, dr. Aida menyatakan bahwa data dunia menyebutkan bahwa akses perempuan terhadap akses layanan kesehatan lebih terbatas dibandingkan laki-laki. Selain itu, perempuan memiliki kerentanan untuk penyakit atau kondisi tertentu yang mana komplikasinya bisa berupa gagal ginjal.
“Misalnya penyakit autoimun Lupus eritematosus bisa berkomplikasi ke ginjal. Perempuan juga mengalami kehamilan yang memiliki risiko terjadi hipertensi pada kehamilan, dengani atau tanpa preeklampsi”, ungkap dr. Aida.
Ditambahkan oleh dr. Aida, bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal kronik pada saat hamil, berisiko tinggi mengalami abortus (keguguran).
“Kalaupun janin bertahan dalam kehamilan, seringkali berat badan bayi yang dilahirkannya rendah. Perlu diketahui, bahwa bayi yang berat badan saat lahir rendah, memiliki jumlah nefron yang lebih sedikit sehingga dia mempunyai risiko yang lebih tinggi mempunyai masalah ginjal kronis pada saat dewasa”, jelasnya.
Selain itu, tingginya angka kejadian kanker mulut rahim (serviks) atau kejadian infeksi yang berulang pada perempuan juga bisa berkomplikasi pada ginjal.
Terdapat satu hal yang menarik dari paparan dr. Aida bahwa meski perempuan lebih sedikit yang mendapatkan akses pelayanan transplantasi ginjal, namun justru perempuanlah yang saat ini lebih banyak menjadi donor transplantasi ginjal.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH