Jakarta, 22 November 2018
Semakin muda usia calon ibu maka semakin besar risiko terjadinya kondisi kurang energi kronis (KEK). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Siswanto, MHP, DTM, menyatakan bahwa penguatan edukasi dalam hal kesehatan remaja terkait pandangan mereka penampilan yang membawa dampak besar bagi kesehatan.
“Remaja putri di Indonesia masih ada yang memiliki pandangan bahwa mengenai body image yang kurus dan kecil seperti pensil itu dianggap cantik. Remaja putri perlu menyadari bahwa persiapan hamil itu butuh kecukupan gizi,”ujar Siswanto saat memaparkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 di hadapan seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia dalam kegiatan Rapat Koordinasi Operasional Program (Rakorpop) yang diselenggarakan di Bogor, Kamis sore (22/11).
Menurutnya, pandangan tersebut sangat penting untuk diluruskan, mengingat remaja putri merupakan calon ibu di masa depan. Seorang ibu hamil bila kondisinya kurang energi kronis (KEK) akan membawa dampak bagi janin yang sedang dikandungnya, karena dapat berpeluang bayinya lahir < 2,5 Kg yang sering disebut berat bayi lahir rendah (BBLR) atau panjang badan saat lahir < 48 cm.
“Ibu hamil yang KEK (baca: kurang energi kronis), merupakan calon produsen anak stunting. Karena kalau ibunya kurang energi, anaknya lahir BBLR atau pendek,” imbuh Siswanto.
Sebenarnya, Riskesdas 2018 menemukan hasil yang cukup baik, karena berhasil memotret penurunan angka KEK pada wanita usia subur (WUS). Riskesdas 2013 lalu mencatat WUS KEK hamil sebesar 24,2% dan WUS KEK tidak hamil sebesar 20,8%. Sementara Riskesdas 2018 mencatat WUS KEK hamil sebesar 17,3% dan WUS KEK tidak hamil 14,5%. Namun, adanya anggapan yang salah pada remaja mengenai ukuran kecantikan yang diidentikkan dengan kurus badan, menjadi tantangan besar dalam upaya pencegahan stunting.
Belum lagi tantangan anemia pada remaja putri dari 37,1% pada Riskedas 2013 yang justru mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada Riskesdas 2018, dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Hal-hal tersebut jelas menguatkan bahwa kesehatan remaja sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa di masa depan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM