Hari ini (30/3), lebih kurang 1000 orang mengikuti Seminar Nasional Hari TB Sedunia 2013 yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari TB Sedunia (HTBS) 2013 bertema Stop TB in My Lifetime atau diterjemahkan menjadi “Stop TB Sekarang Juga!”. Kegiatan ini merupakan kerjasama Kemenkes RI bersama RS Persahabatan. Acara dihadiri oleh peserta dari berbagai organisasi profesi, mitra TB yang selama ini aktif berpartisipasi dalam pengendalian TB, seperti: Dewan Masjid Indonesia, TNI, Aisyiyah, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa, WHO, pekerja kesehatan, dan para relawan dari segala lapisan masyarakat. Dalam kegiatan ini dibahas perkembangan terbaru situasi TB menuju Strategi Pasca 2015, termasuk tantangan ke depan terkait penyerta Tuberkulosis diantaranya: TB dan Diabetes Melitus, TB dan Rokok, TB dan Nutrisi dan lain-lain.
Dampak TB terhadap perekonomian sangat besar, karena menurut survey penderita TB umumnya adalah usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun). TB dapat menyebabkan kematian dan apabila tidak diobati, 50% dari pasien TB akan meninggal setelah 5 tahun.
Sehubungan seringnya ditemukan kasus TB dengan komorbid yang sering memperberat dan menjadi penyulit masing-masing penyakit dan perlu tatalaksana yang tepat, maka diperlukan deteksi dini penyakit komorbid pada pasien TB dan kasus TB pada penyakit komorbid sehingga dapat ditatalaksana dengan tepat dan lebih awal yang akan memberikan hasil pengobatan lebih baik, efek samping obat lebih rendah serta kepatuhan lebih baik. Diharapkan para klinisi dapat menatalaksana TB dan komorbid dengan tepat. Penyakit komorbid yang sering ditemukan: DM, hepatitis, gengguan ginjal dan koinfeksi TB HIV.
Smoking cessation as integrated management in patient TB as smoker
Merokok dapat menyebabkan penyakit seperti halnya penyakit pernapasan. Untuk berhenti merokok diperlukan tekad dan usaha yang kuat. Berhenti merokok dengan cara: bantu dengan berolahraga, berhenti secara bertahap, berkonsultasi dengan dokter dan dukungan dari lingkunganDrug resistant-TB situation in Indonesia, where are we now?
Indonesia merupakan salah satu dari 27 negara dengan kasus TB MDR(Multi Drug resistant) atau TB kebal obat tertinggi di dunia dengan perkiraan kasus 6620 kasus TB MDR/tahun. Sejak tahun 2009- Maret 2012 telah tersedia RS Rujukan penatalaksanaan pengobatan TB MDR di 8 propinsi dan 235 fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengobatan pasien TB MDR. Ada tahun 2014, diharapkan universal access bagi seluruh penduduk Indonesia dengan minimal 1 RS rujukan PMDT di tiap propinsi. Untuk mendukung diagnosis TB MDR saat ini di Indonesia tersedia 5 laboratorium rujukan yang telah tersertifikasi secara internasional. Pada Februari 2013, Menteri Kesehatan telah menandatangani Permenkes sebagai dasar hukum bagi petugas kesehatan guna menjalankan program PMDT.
Beberapa inovasi yang diusulkan oleh praktisi dalam rangka untuk memperluas cakupan deteksi TB MDR antara lain melibatkan pasien yang sembuh dengan cara memberikan pelatihan agar mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan deteksi dini suspek TB MDR dan dapat melakukan edukasi kepada suspek TB MDR agar segera memeriksakan dirinya lebih lanjut. Sebaiknya dilakukan screening terhadap semua kontak pasien TB MDR, tanpa memandang apakah kontak tersebut mempunyai gejala TB atau tidak.
Lembaga Pemasyarakatan merupakan area khusus yang harus diperhatikan, khususnya karena di Lapas hampir semuanya melebihi kapasitas. Hal ini yang menyebabkan penularan TB sangat tinggi karena apabila salah satu penghuni mengidap penyakit TB dan tidak disembuhkan, maka akan menulari penghuni lainnya. Paparan ini mengemukakan tentang strategi pengendalian TB di Lapas, bagaimana kita memberdayakan tahanan pendamping untuk dapat melakukan deteksi dini suspek TB di lembaga pemasyarakatan.
Peningkatan kinerja program TB baik di system kesehatan secara global atau di klinik sangat diperlukan. Penelitian operasional bertujuan untuk mengevaluasi, melakukan uji coba dan memberikan rekomendasi mengenai perbaikan atau strategi baru yang bisa diterapkan. Pendekatan sistem atau managerial program bisa merupakan salah satu cara penelitian operasional dalam bidang kesehatan masyarakat. Di lain pihak pendekatan epidemiologi klinis bisa pula bermanfaat dalam memperbaiki kinerja pengelolaan TB di Rumah sakit dan klinik. Paparan ini akan membahas berbagai pendekatan riset operasional yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja Program pengendalian TB secara komprehensif.