Hari ketujuh World Health Assembly 2011, Senin 23 Mei 2011 dimulai dengan pembicaraan di Komite A dan Komite B.
Di Komite A timbul perdebatan cukup keras ketika sampai topik virus cacar/ variola, dan bahkan sidang sempat ditunda. Penyakit cacar sudah hilang dari muka bumi sejak 1980, tapi sampai sekarang virus penyebab cacar ini masih disimpan di 2 negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia. Perbedaan pendapat timbul karena sebagian negara menganggap bahwa virus ini masih perlu disimpan untuk melakukan penelitian terhadap penyakit ini, jika datang lagi. Sementara pendapat negara lain mengatakan bahwa sekarang penelitian sudah cukup dilakukan dan virus harus dimusnahkan untuk mencegah berbagai hal yang tidak diinginkan.
Saya menyampaikan intervensi Indonesia yang pada dasarnya ingin virus ini dimusnahkan, dan meminta WHA 64 ini menentukan waktunya. Pembahasan topik ini melibatkan staf Kementerian Kesehatan dan Perwakilan Tetap RI di Jenewa. Sampai malam hari pembahasan ini masih belum juga selesai dan dilakukan pertemuan khusus untuk ini, nampaknya akan dilanjutkan pada hari terakhir WHA pada 24 Mei.
Di sore harinya di Komite A dilakukan pembicaraan tentang kolera dan malaria. Saya menyampaikan intervensi Indonesia tentang malaria, yang sejalan dengan intervensi negara-negara WHO South East Asia Region yang disampaikan oleh delegasi Bhutan, dan menyampaikan kegiatan pengendalian malaria di Indonesia. Pada dasarnya memang sebelum dan selama WHA selalu ada pembicaraan antar anggota WHO South East Asia Region, sehingga biasanya suatu negara akan menunjang pendapat kelompok bersama ini yang sudah dibahas bersama pula. Tentu ini tidak selalu demikian, pada topik tentang virus cacar di atas misalnya, tidak ada intervensi bersama dan memang ada perbedaan sikap dari beberapa negara anggota.
Di Komite B, DirJen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dr Supriyantoro menyampaikan intervensi Indonesia tentang “Child Injury” dan tentang “Youth & Health Risk“. Di Komite B juga dibahas progress report kegiatan WHO tentang berbagai hal seperti “Climate Change, Management of obsolete peptiside and other obsolete chemicals, Safe and environment waste management”, dll.
Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI