Pada saat ini, HIV AIDS sudah menjadi pandemi global dengan dampak yang sangat merugikan baik dampak kesehatan, sosial ekonomi, dan politik. Di negara yang mengalami dampak terberat, seperti di negara-negara Afrika, HIV telah menurunkan harapan hidup lebih dari 20 tahun, menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperberat kemiskinan. Di Asia, yang prevalensi HIV jauh di bawah prevalensi di negara-negara Afrika, penurunan produktifitas yang diakibatkan oleh HIV dapat lebih besar dibanding dengan yang diakibatkan oleh penyakit lain.
Pada Rabu 19 Juli 2011 saya mengunjungi RSUD Raden Mattaher Jambi sehubungan penyediaan obat Anti Retro Viral (ARV) di RS itu. Seperti diketahui, bila telah memenuhi kriteria tertentu, maka ODHA memang harus minum ARV secara terus menerus untuk dapat mengontrol virus HIV yang ada.
Saya mengadakan pertemuan dengan pihak RS, Dinas Kesehatan Propinsi dan para ODHA dalam berbagai LSM-nya. Masalah yang ada telah dapat diselesaikan dengan baik. Saya menekankan perlunya terus dibina koordinasi 4 pihak, yaitu:
1. Koordinasi di dalam RS sendiri.
2. Koordinasi RS dengan Dinas Kesehatan setempat, baik propinsi maupun kabupaten / kota
3. Koordinasi RS sebagai pemberi pelayanan langsung dengan Kementerian Kesehatan di Jakarta
4. Koordinasi dengan teman2 ODHA dalam berbagai LSM yang ada.
Sistem umum, rangkaian kegiatan dalam penyediaan ARV meliputi:
– pengadaan/pembelian ARV dari produsen,
– penyimpanannya di pusat,
– pengiriman / distribusi ke RS,
– penyimpanan di gudang RS,
– distribusi ke satelit RS
– pemberian ARV pada ODHA di pelayanan kesehatan,
– pencatatan dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu, dll.
Pemerintah menyediakan ARV bagi ODHA yang menurut kriteria medis memang memerlukannya.
Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI