Profesi perawat berada dalam satu ruang bersama seluruh jajaran kesehatan dan jajaran lintas sektor di tingkat Pusat maupun Daerah. Oleh karenanya, perawat hendaklah bersinergi dalam membangun kekuatan bersama, bahu membahu, melalui kerjasama erat dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sesuai proporsi, potensi kemampuan dan kompetensinya.
Demikian sambutan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat membuka Seminar Keperawatan dan Indonesia Nursing Expo 2011 bertema Closing The Gap: Increasing Access and Equity through Nursing Service, di Jakarta (19/7). Acara digelar dalam rangka memperingati Hari Perawat Sedunia Tahun 2011. Hadir pada acara tersebut Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), para Kepala Dinas Kesehatan, direktur RS, pimpinan dari Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan, Pengurus Organisasi Profesi Kesehatan dan pimpinan Perusahaan Alat Kesehatan dan Farmasi
Menurut Menkes tema ini relevan dengan upaya Kemkes untuk meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang bermutu. Upaya diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
”Tema ini sejalan dengan tema International Nurses Day. Keduanya bermakna agar perawat berperan aktif mewujudkan pelayanan kesehatan yang setara, adil dan terjangkau oleh masyarakat”, ujar Menkes.
Menkes menegaskan, pembangunan kesehatan belakangan sudah menunjukan hasil yang menggembirakan. Namun demikian, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dan disikapi dengan kerja keras dan kerja cerdas, seperti tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka prevalensi gizi buruk, dan angka kejadian beberapa penyakit menular seperti AIDS, TB dan Malaria.
Menkes memaparkan beberapa isu pokok yang perlu diperhatikan diantaranya disparitas pelayanan kesehatan antar wilayah geografi, antar kelompok sosial ekonomi, dan antar gender; beban ganda pelayanan kesehatan, dimana penyakit menular, penyakit tidak menular, dan new emerging diseases harus ditangani sekaligus; serta belum optimalnya ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan
Untuk menyikapinya, Menkes melakukan Reformasi Pembangunan Kesehatan yang mencakup 7 upaya, meliputi revitalisasi pelayanan kesehatan dasar dan pemenuhan Biaya Operasional Kesehatan (BOK); penyediaan obat dan alat kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan; penyediaan, distribusi, dan retensi SDM kesehatan yang bermutu, adil dan merata; pengembangan jaminan kesehatan bermutu universal coverage; keberpihakan kepada Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DPTK) serta penanganan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK); pelaksanaan reformasi birokrasi kesehatan; dan pengembangan world class health care.
”Untuk menghilangkan disparitas pelayanan kesehatan, Kementerian Kesehatan juga mempunyai komitmen yang tinggi pada pencapaian sasaran Millenium Development Goals diantaranya melalui Program Jaminan Persalinan (Jampersal). Program ini merupakan terobosan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian anak”, tambah Menkes.
Menkes menegaskan, semua pihak harus mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan pelayanan kesehatan berupa globalisasi pelayanan kesehatan yang melampaui batas negara.
”Kita perlu menguasai teknologi kesehatan yang semakin maju. Sementara kompetisi dari tenaga kesehatan asing dan industri pelayanan kesehatan asing, semakin terbuka. Oleh karenanya kita harus mengembangkan world class health care atau pelayanan kesehatan kelas dunia”, ujar Menkes.
Menkes berpesan, kebijakan pelayanan keperawatan menuju profesionalisme pelayanan perlu terus dikembangkan, termasuk pembinaan teknis dan monitoring evaluasi pelaksanaan perawatan. Sementara itu, untuk menghadapi ASEAN Framework Agreement on Services 8 (AFAS 8) serta Liberalisasi jasa kesehatan asing lainnya, perlu dilakukan telaah pasar jasa untuk pelayanan keperawatan serta menetapkan standar pelayanan keperawatan dan kompetensi perawat yang diakui secara internasional.
”Gunakan forum Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Nursing Services ASEAN untuk melakukan harmonisasi terhadap standar – termasuk sistem pendidikan tinggi keperawatan”, tegas Menkes.
Indonesia Nursing Expo 2011 diselenggarakan untuk pertama kalinya oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Kemkes. Pameran berisi jenis-jenis pelayanan kesehatan dan keperawatan dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Selain itu dipamerkan pula industri alat kesehatan dan penunjang pelayanan keperawatan.
Menkes menilai belum semua orang menempatkan kesehatan sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Saat ini masih banyak yang menganggap kesehatan penting ketika sudah jatuh sakit. Di samping itu kesadaran masyarakat tentang kesehatan sebagai investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia masih rendah.
”Indonesia Nursing Expo 2011 merupakan momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pengambil kebijakan, pemangku kepentingan di berbagai tingkat akan arti pentingnya pelayanan kesehatan dan keperawatan serta kesehatan masyarakat sebagai investasi bagi peningkatan SDM agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia”, terang Menkes.
Pameran pada Indonesia Nursing Expo 2011, juga merupakan ajang saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, keperawatan, perumahsakitan, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan, alat kesehatan, obat-obatan penunjang pelayanan kesehatan dan lain sebagainya, sehingga masyarakat umum mengetahui kemampuan bangsa Indonesia dalam menyediakan jasa layanan kesehatan dan keperawatan, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Selanjutnya, saya berharap kepada para perawat, para profesi kesehatan lain, para pengambil kebijakan, pemangku kepentingan di berbagai tingkat, para industri bidang kesehatan/ alat kesehatan, farmasi dan obat-obatan dapat memanfaatkan kesempatan pameran ini untuk melakukan edukasi dan advokasi kepada masyarakat umum tentang pentingnya kesehatan.