Globalisasi dan modernisasi berdampak besar bagi kehidupan masyarakat, termasuk perubahan gaya hidup dan tingkat sosial ekonomi. Perubahan ini berkontribusi dalam pergeseran dari penyebab penyakit menjadi penyebab kematian dan dari penyakit menular ke penyakit tidak menular/PTM (NCD = non communicable diseases). Bukti global, regional dan nasional telah menunjukkan angka PTM yang mengkhawatirkan.
Demikian sambutan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kesehatan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama saat membuka APEC Workshop dalam rangka mengembangkan Intervensi Berbasis Masyarakat (CIB) terhadap pengendalian faktor risiko PTM, di Bali (29/4). Acara ini dihadiri Direktur Program Kelompok Kerja Kesehatan APEC, Perwakilan WHO Indonesia, serta Delegasi Negara Anggota APEC.
Penyakit Tidak Menular menyebabkan 36 juta kematian setiap tahun. Jumlah ini menempati 63% dari total angka kematian global, termasuk 9,1 juta kematian prematur yang terjadi pada usia produktif sebelum 60 tahun, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk di negara APEC. PTM dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang serius dan terkait erat dengan kemiskinan, baik dalam bentuk biaya langsung seperti biaya pengobatan dan rehabilitasi ataupun biaya tidak langsung seperti hilangnya pendapatan karena sakit, cacat atau kematian dini.
PTM berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi karena memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan. Namun PTM dapat dicegah dengan mengatasi faktor-faktor risikonya terutama dari faktor perilaku yaitu konsumsi tembakau, diet tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol.
Menurut Prof. Tjandra Yoga, strategi pengendalian PTM membutuhkan sistem kesehatan yang kuat dan peningkatan pelayanan kesehatan dasar, di mana hal ini dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pengobatan PTM. Untuk alasan ini kesadaran masyarakat memainkan peran penting dalam pencegahan dan pengendalian PTM. Dengan demikian strategi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kontrol faktor risiko PTM, menjadi sangat penting.
“Ini adalah waktu yang tepat untuk membahas dan mengembangkan kerangka kerja Intervensi Berbasis Masyarakat (CIB) untuk mengatasi PTM dengan delegasi dari negara-negara anggota APEC sebagai bagian dari Rencana Aksi Strategi Global untuk Pencegahan dan Pengendalian PTM,” tegas Prof. Tjandra Yoga.
Kampanye kesadaran publik tentang dampak dan pencegahan dini dari PTM dengan mengendalikan faktor risiko adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengatasi sejumlah besar kematian akibat PTM. Faktor risiko ini dapat diatasi dengan melibatkan masyarakat melalui intervensi PTM berbasis masyarakat. Dalam kaitan ini dengan APEC, workshop ini bertujuan untuk mengatur pelaksanaan pencegahan faktor risiko PTM melalui intervensi berbasis masyarakat dengan mempromosikan model intervensi yang tepat untuk kawasan APEC.
Salah satu strategi intervensi berbasis masyarakat yang telah dikembangkan untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM di Indonesia adalah melalui Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan hasil dari partisipasi masyarakat dalam upaya promotif dan preventif untuk deteksi dini faktor risiko PTM. Kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat (dilatih relawan kesehatan) dan masyarakat, yang memiliki legitimasi dari pemerintah daerah, dipandu atau dibantu oleh Puskesmas serta difasilitasi oleh Dinas Kesehatan.
Selama kepemimpinan Indonesia dalam APEC 2013, Indonesia telah memprioritaskan mengatasi PTM sebagai isu lintas sektoral. Intervensi berbasis masyarakat ini menyediakan pendekatan yang sederhana untuk memantau faktor risiko PTM serta deteksi dini yang diselenggarakan oleh masyarakat bekerja sama dengan profesional kesehatan setempat dan sektor swasta. Dampak ekonomi dari intervensi berbasis masyarakat ini dapat mencegah PTM dan program pengendaliannya dapat membawa manfaat bagi ekonomi APEC untuk berinvestasi dalam program pencegahan dan pengendalian PTM untuk dapat membangun masyarakat yang lebih sehat dan meningkatkan produktivitas ekonomi dan kualitas hidup.
Prof. Tjandra Yoga berharap workshop ini akan mampu menciptakan hubungan jangka panjang untuk berbagi pengalaman serta teknologi dalam mencegah faktor risiko PTM dan mengembangkan pendekatan intervensi berbasis masyarakat lebih efektif di masa depan .
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat email kontak@depkes.go.id.