Terkait virus Ebola yang tengah mewabah di Afrika, WHO belum mengeluarkan peringatan perjalanan (travel warning), demikian pula dengan pemerintah Indonesia.
“Peringatan yang ada saat ini berupa pemberitahuan yang diperuntukkan bagi siapapun yang akan bepergian ke Afrika, khususnya ke wilayah yang telah terjangkit wabah Ebola, yaitu Liberia, Sierra Leone, Guinea dan Nigeria”, ujar Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, kepada media selepas menghadiri kegiatan Halal Bi Halal keluarga besar karyawan/wati Kemenkes RI di Jakarta (4/8).
Menkes menerangkan, tidak banyak warga Indonesia yang bepergian ke wilayah Afrika. Sampai saat ini, belum dilakukan tindakan khusus di Bandara karena tidak ada penerbangan langsung atau direct flight dari keempat affected countries yang masuk ke Indonesia. Meskipun kecil kemungkinan Indonesia terjangkit, namun kewaspadaan terhadap ancaman virus Ebola tetap perlu dilakukan.
“Jadi, kalau mau ke sana kita sudah beritahu bahwa di sana terdapat wabah Ebola. Penularannya melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita”, ujar Menkes RI.
Menkes juga menambahkan, terdapat upaya bersama antara pimpinan negara-negara tersebut dan WHO untuk melakukan upaya containment agar orang yang terinfeksi Ebola tidak meninggalkan wilayah tersebut sehingga tidak memperluas penyebaran virus.
Beberapa bulan ini, Ebola menjadi trending topic para ahli penyakit menular di dunia. Jumlah kasus hingga awal bulan Agustus 2014 kemarin sudah lebih 1200 orang, kematian lebih 700 orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah. Ebola menular melalui kontak langsung dengan penderita. Tingkat kematian kasus Ebola dapat mencapai 90%. Hingga saat ini belum ada obat dan vaksin untuk mengobati penyakit akibat virus ini.
Ebola virus terdiri dari 5 genus, yaitu: Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV), dan Thai Forest ebolavirus (TAFV). Jenis spesies virus Ebola yang menyebabkan wabah di Afrika adalah BDBV, EBOV, dan SUDV, dapat menimbulkan wabah pada manusia dan angka kematian yang tinggi
Kepada media, Menkes juga menyatakan bahwa Laboratorium Balitbangkes Kemenkes RI telah memiliki kemampuan untuk melakukan pemeriksaan virus Ebola. Hal ini selaras dengan pernyataan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS, DTM&H, DTCE, dalam surat elektroniknya kepada Pusat Komunikasi Publik, Minggu (3/8).
Menurut Prof. Tjandra, pemeriksaan laboratorium untuk deteksi virus dapat dilakukan diantaranya dengan tes antigen detection dan serum neutralization; antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay; electron microscopy; dan Evirus isolation dengan cell culture.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email kontak@depkes.go.id.