Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek
Bandar Lampung, 15 Juni 2015
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Saat ini Indonesia berada pada peringkat 108 dari 187 negara di dunia dan peringkat 5 di negara Asean. Pada tahun 2020-2035, Indonesia akan memiliki puncak jumlah penduduk dengan usia produktif atau yang disebut bonus demografi. Untuk itu kualitas generasi di masa tersebut akan menentukan peluang Indonesia menjadi negara maju. Dengan demikian perbaikan gizi pada anak usia dini menjadi penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas agar bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal.
Demikian paparan Menkes Prof. Nila F. Moeloek pada acara rapat kerja kesehatan daerah (Rakerkesda) di Balai Pelatihan Kesehatan, Lampung (15./6). Acara dihadiri kepala Dinas Kesehatan,Direktur Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/ Kota, dan Kepala SKPD Provinsi Lampung, serta Organisasi Profesi Kesehatan dan Organisasi Masyarakat.
Menkes menegaskan, secara nasional beban penyakit telah berubah selama dua dasawarsa terakhir, dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). PTM telah menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, diestimasikan sekitar 60% penyebab kematian tersebut. Peningkatan prevalansi PTM berhubungan erat dengan peningkatan perilaku tidak sehat masyarakat seperti asupan makan yang tidak berimbang, jarang berolahraga, merokok dan konsumsi minuman berakohol.
Menkes juga mencermati belum berhasilnya penyediaan nutrisi yang berimbang pada bayi usia dini. Hal ini dapat mengubah sel DNA yang mengakibatkan anak-anak lebih berisiko tinggi badan dibawah rata-rata dan memiliki bobot badan yang berlebihan. Anak-anak yang seperti ini lebih berisiko terhadap PTM seperti penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis dan penyakit kardiovaskular.
Pembangunan Kesehatan di Provinsi Lampung
Indeks Pembanguan Kesehatan Manusia (IPKM) Provinsi Lampung menduduki peringkat ke-11 secara nasional. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) tergolong rendah dibandingkan dengan provinsi lain wilayah Sumatera, juga di bawah angka rata-rata nasional, namun masih jauh dibandingkan dengan target MDG yang telah ditetapkan secara nasional. Dengan demikian AKI merupakan salah satu tantangan besar bagi pembangunan kesehatan di Provinsi Lampung.
Berdasarkan hasil SDKI 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatus di Provinsi Lampung tergolong tinggi diantara provinsi-provinsi di wilayah Sumatera. Dengan demikian AKB dan AKN merupakan tantangan lain dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Lampung.
Riskesdas 2013, menunjukkan adanya disparitas status gizi pada Balita. Angka gizi kurang pada Balita berkisar 9,3% di Kab Tulang Bawang hingga 29,1 % di Lampung Tengah. Namun demikian angka rata-rata Provinsi masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Masalah gizi kurang pada Balita juga merupakan tantangan pembangunan kesehatan di Provinsi Lampung.
Tingginya AKI, AKB serta status gizi balita, terkait dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, upaya-upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak memerlukan perhatian serius dari seluruh sektor.
Pada kesempatan tersebut, Menkes memberikan apresiasi terhadap kinerja program imunisasi yang telah berhasil meningkatkan cakupan imunisasi lengkap. Hal yang menggembirakan juga terlihat pada proporsi perilaku cuci tangan. Hasil Riskesdas 2007 dan 2013 juga menunjukkan adanya peningkatan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak dan air minum layak di Provinsi Lampung.
“Dilihat dari sisi Perilaku Kesehatan, kebiasaan merokok pada masyarakat Provinsi Lampung tergolong tinggi, lebih dari angka rata-rata nasional. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menanggulangi masalah tersebut melalui: Enforcement Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR); Memperluas Kab/ Kota yang mengembangkan Perda KTR; Mendorong para tokoh masyarakat (birokrat, akademisi, agama) agar menjadi role model upaya berhenti merokok;Memperkuat upaya pencegahan perilaku merokok sejak usia dini; dan Sosialisasi bahaya merokok sebagai faktor risiko penyakit tidak menular
Menkes mencatat 5 kabupaten/ kota yang sudah memiliki peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Lampung dan patut diberikan apresiasi, yaitu Kota Metro; Kab Lampung Tengah; Kabupaten Way Kanan; Kab Lampung Selatan dan Kabupaten Tanggamus.
Dalam kunjungan kerja (Kunken) ke Provinsi Lampung, selain bertemu dengan para Kepala Dinas Kesehatan, Menkes juga akan meninjau beberapa lokasi kesehatan. Kunker diawali dengan rapat kerja kesehatan daerah (Rakerkesda) di Balai Pelatihan Kesehatan, Lampung. Dilanjutkan dengan pencanangan kecamatan yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat di Kecamatan Metro Selatan, Peninjauan Puskesmas SS. Bantul Peninjauan Kelurahan Promosi Kesehatan di Kelurahan Margodadi, dan meninjau RSUD A. Yani.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.