Jakarta, 26 September 2018
Bulan Oktober diperingati sebagai bulan eliminasi penyakit kaki gajah (BELKAGA). Untuk itu, seluruh penduduk yang berusia antara 2-70 tahun dan tinggal di wilayah endemis penyakit kaki gajah atau Filariasis akan diingatkan untuk meminum obat pencegahan yang diberikan dalam program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis sebanyak 1 dosis setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut.
“Hingga saat ini, hanya ada 6 provinsi yang bukan daerah endemis Filariasis di Indonesia, yaitu provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Barat,” tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2TVZ) Kemenkes RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc, di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa pagi (25/9).
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit kaki gajah, masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, karena baik anak-anak maupun dewasa, baik pria maupun wanita, semua bisa tertular penyakit kaki gajah. Filariasis ditularkan dengan perantaraan nyamuk sebagai vektornya. Berbeda dengan penyakit DBD atau Malaria yang hanya ditularkan oleh satu jenis nyamuk tertentu, penyakit Filariasis dapat ditularkan oleh semua jenis nyamuk.
Pada kesempatan tersebut, dr. Jane menegaskan karena semua jenis nyamuk bisa menularkan penyakit kaki gajah, maka pencegahan yang perlu dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk dan minum obat pencegah kaki gajah yang telah disediakan pemerintah, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dengan tanpa biaya.
“Sarang nyamuk harus bersih, rajin gunakan repelant, tidur pakai kelambu, usahakan kalau bepergian jangan sampai digigit nyamuk, dan jangan lupa minum obat yang telah disediakan pemerintah secara gratis”, terang dr. Jane.
Kegiatan minum obat pencegahan penyakit kaki gajah disebut Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis yang tujuannya untuk menurunkan microfilaria rate di wilayah endemis. Dari 514 Kabupaten/Kota di Indonesia, sebanyak 236 Kabupaten/Kota yang tersebar di 28 Provinsi masih merupakan daerah yang endemis Filariasis.
“Tahun ini, sebanyak 131 Kabupaten/Kota masih harus minum obat. Tidak serentak, karena ada Kabupaten/Kota yang tahun ini merupakan tahun kedua pelaksanaan, bahkan ada yang di tahun kelima (terakhir) pelaksanaan,” kata dr. Jane.
Dijelaskan dr. Jane bahwa POPM harus dilaksanakan selama lima tahun berturut-turut. Sebanyak 105 Kabupaten/Kota lainnya sudah berhasil menyelesaikan POPM selama lima tahun dan masuk ke dalam tahapan selanjutnya, yakni surveilans pasca POPM. Kementerian Kesehatan mencatat, data per 25 September 2018 sebanyak 31 Kabupaten/Kota telah berhasil mengeliminasi filariasis di wilayahnya.
Obat pencegah penyakit kaki gajah yang diberikan pada POPM, terdiri dari kombinasi tablet Diethylcarbamazine (DEC) 100 mg dan tablet Albendazole 400 mg. Adapun dosisnya untuk usia 2-5 tahun adalah 1 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole; usia 6-14 tahun mendapat 2 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole; dan bagi yang berusia di atas 14 tahun mendapat 3 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole.
“Selain membunuh cacing filaria, obat ini mampu membunuh cacing lainnya, sehingga dengan minum obat justru kita mendapat manfaat ganda, karena selain mencegah filaria, juga mencegah kecacingan. Yang perlu diperhatikan adalah obat diminum sesudah makan, dan dianjurkan diminum di depan petugas kesehatan”, imbuhnya.
Kementerian kesehatan sangat mengharapkan agar semua pemerintah daerah berkomitmen untuk mendukung dan mengupayakan agar jangan sampai ada masyarakat yang terlewat atau menolak untuk tidak minum obat pencegah kaki gajah. Pengobatan ini dinilai sangat aman. Meski jarang terjadi, namun terkadang muncul reaksi pasca pengobatan seperti sakit kepala, demam, mual/muntah, atau mudah mengantuk, yang berlangsung selama tiga hari dan dapat sembuh tanpa diobati. Namun, bila ada keluhan lain yang terjadi, segara hubungi tenaga kesehatan di Puskesmas terdekat.
“POPM ini sangat penting untuk dilaksanakan oleh setiap orang di wilayah sasaran, karena POPM bersifat perlindungan bagi perorangan”, tandasnya.
Seorang ahli parasitologi, Prof. Dr. Dra. Tania Supali, menegaskan bahwa program POPM yang dilakukan selama lima tahun berturut-turut sangat bermanfaat karena menghindarkan masyarakat dari dua penyakit sekaligus, yakni mencegah penyakit kaki gajah dan menurunkan infeksi cacing usus yang juga berperan dalam kejadian kurang gizi dan stunting pada anak, juga kejadian anemia pada remaja.
“Kalau obatnya benar-benar diminum secara benar, penyakit kaki gajah pasti berkurang, pasti hilang. Tantangan eliminasi paling besar justru di kota-kota besar, karena di samping penduduknya lebih banyak juga dibandingkan masyarakat di pedesaan cenderung lebih cenderung kurang patuh meminum obat,” ungkapnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM