Jakarta, 18 Maret 2022
Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Dalam Negeri dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2. Hasil nya sebanyak 86,6% populasi Indonesia memiliki antibodi terhadap COVID-19.
Sero survey dilakukan pada November – Desember 2021. Artinya 86,6% penduduk Indonesia memiliki kekebalan terhadap COVID-19 itu pada bulan tersebut. Namun seiring dengan masih dilakukannya vaksinasi COVID-19 maka jumlah penduduk yang memiliki kekebalan terhadap COVID-19 akan semakin bertambah.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan hasil survei serologi akan menunjukkan berapa persen penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV- 2.
“Sero survei perlu dilakukan karena ini akan dipakai oleh pemerintah sebagai dasar dalam menentukan kebijakan yang berbasis bukti,” katanya dalam konferensi pers secara virtual terkait hasil sero survei, Jakarta, Jumat (18/3).
Dasar dari penelitian ini adalah mengukur berapa banyak tingkat penduduk yang sudah mempunyai tingkat kekebalan terhadap SARS-CoV-2.
Tim Pandemi FKM UI yang juga melakukan sero survey Prof. Pandu Riono menjelaskan kekebalan imunitas seseorang menjadi dasar untuk mengendalikan pandemi. Kekebalan tersebut didapat dari upaya yang sistematik melalui vaksinasi dan didapat secara alami setelah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2.
“Sejak Desember 2021 tepat pada penelitian ini berakhir, kita tahu berapa banyak penduduk berdasarkan umur, berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan wilayah, yang mempunyai tingkat imunitas terhadap SARS-CoV-2,” kata Prof. Pandu.
Selain mengetahui proporsi penduduk yang memiliki kekebalan imunitas terhadap SARS-CoV-2, sero survey dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar antibodi yang dimiliki penduduk di Indonesia.
Kadar antibodi itu, lanjut Prof. Pandu, menjadi penting dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan berbagai varian virus. Jika kadar antibodi pada tubuh seseorang cukup tinggi maka bisa menekan risiko yang sangat buruk dari pandemi ini.
Adapun untuk pelaksanaan sero survey dilakukan berdasarkan wilayah aglomerasi sebanyak 9 provinsi 47 kabupaten/kota, dan wilayah non aglomerasi yang terdiri dari 25 provinsi 53 kabupaten/kota.
Target sampel untuk wilayah aglomerasi ada 514 desa/kelurahan dengan target sampel 10.280 penduduk. Namun yang terkumpul ada sekitar 92,8% atau 9.541 penduduk. Kemudian di wilayah non aglomerasi ada 580 desa/kelurahan dengan total target sampel 11.600 penduduk, sementara yang terkumpul 93,6% atau 10.969 penduduk.
Tidak terkumpulnya penduduk 100% dikarenakan ada beberapa orang yang menolak atau tidak bisa mengikuti survei karena terkait kondisi responden yang tidak memungkinkan.
Responden adalah penduduk Indonesia yang berusia 1 tahun ke atas. Sampel secara acak terpilih 20 penduduk sebagai sampel utama dan 60 penduduk sebagai sampel cadangan di setiap desa atau kelurahan terpilih.
Hasilnya secara umum 86,6% penduduk Indonesia usia di atas 1 tahun pada bulan November-Desember 2021 sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV- 2.
Salah satu peneliti lain Iwan Ariawan mengatakan meskipun memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2 bukan berarti mereka tidak bisa terinfeksi.
“Mereka masih mungkin terinfeksi tapi risiko terjadinya sakit parah kemudian meninggal akan jauh lebih berkurang,” ucapnya.
Jika dilihat berdasarkan kelompok yang belum pernah terdeteksi virus SARS-CoV-2 dan yang belum divaksin pada saat November dan Desember 2021 ada 73,9% sudah memiliki antibodi.
Bagi orang yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama memiliki proporsi antibodi yang lebih tinggi yakni 91,3% pada November sampai Desember 2021. Sementara untuk orang yang sudah vaksin dosis kedua proporsi antibodi nya lebih tinggi lagi yakni 99,1%.
Selain itu, kelompok yang pernah terdeteksi SARS-CoV-2 proporsi antibodi lebih tinggi yakni bagi yang belum di vaksin proporsi antibodi 88,0% kemudian bagi orang yang sudah vaksin dosis pertama proporsi antibodi 96, 0%, dan orang yang sudah divaksin dosis kedua proporsi antibodi 99,4%.
Ada juga proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV- 2 menurut wilayah aglomerasi dan non aglomerasi.
Wilayah aglomerasi memiliki proporsi penduduk dengan antibodi lebih tinggi yakni 90,8% daripada wilayah non aglomerasi 83,2%.
Sedangkan penduduk yang belum divaksin di wilayah aglomerasi memiliki proporsi antibodi 75,7% dan non aglomerasi 73,0%.
Berdasarkan kabupaten/kota, wilayah kota memiliki proporsi penduduk dengan antibodi lebih tinggi yakni 91,8% dibandingkan wilayah kabupaten dengan proporsi 83, 4%.
Sedangkan pada kelompok yang belum divaksin di kabupaten proporsi yang memiliki antibodi mencapai 71,4% dan yang belum dapat vaksin di wilayah kota 79, 5%.
Kemudian perbedaan antara Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali. Wilayah Jawa-Bali memiliki proporsi penduduk dengan antibodi lebih tinggi yakni 91,3% dibandingkan luar Jawa-Bali yang mencapai 84,1%.
Sedangkan pada penduduk yang belum di vaksin di luar Jawa-Bali proporsi antibodi mencapai 74,1% sedangkan di Jawa-Bali proporsi mencapai 73,2%.
Terkait kadar antibodi, Pandu menjelaskan kadar antibodi yang dimiliki penduduk yang cukup tinggi bisa memberikan efek proteksi. Kalau dilihat distribusi sebarannya pada 4 kelompok penduduk, terlihat hasil sebagai berikut;
Penduduk yang belum pernah terinfeksi COVID-19 dan belum divaksinasi itu kadar antibodinya secara median di atas 100. Ini cukup tinggi sudah dianggap memberikan efek proteksi.
Bagi kelompok yang pernah terinfeksi COVID-19 dan belum divaksinasi hampir sama distribusinya yakni di atas 100.
Sementara itu bagi kelompok yang belum terinfeksi COVID-19 dan sudah divaksinasi kadar antibodi nya cukup tinggi hampir mendekati 1000. Sedangkan bagi kelompok yang sudah terinfeksi COVID-19 dan sudah divaksinasi memiliki kadar antibodi yang paling tinggi yaitu mencapai 1000.
“Jika berdasarkan umur di atas 1 tahun, maka hampir semua penduduk usia 1 tahun ke atas memiliki kadar antibodi yang cukup tinggi untuk menghadapi SARS-CoV-2,” kata Pandu.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan antibodi tidak mencegah penularan dan tidak mencegah transmisi. Namun antibodi bisa mencegah sakit parah yang berisiko kematian.
“Masyarakat diimbau tetap memakai masker, karena yang dapat mencegah penularan COVID-19 adalah dengan memakai masker,” ucap Tito.
Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
drg. Widyawati, MKM