Ciloto, 2 Juni 2017
Saya merawat jemaah haji Indonesia, seperti merawat ibu sendiri. Terbayang raut wajah ibu yang sudah keriput, tenaganya mulai lemah, penglihatanya berkurang dan berjalan pun sudah tertatih-tatih. Apalagi mereka terbaring lemah karena sakit. “Nggak tega, merasakan penderitaanya,” kata Lusiana Rahmawati saat memberikan testimoni dihadapan peserta pelatihan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di BBPK Ciloto, Jawa Barat, Jumat (2/6).
Melayani jemaah haji, menjadi kesan tersendiri bagi Lusiana Rahmawati, perawat Indonesia yang pernah bekerja di RS King Faisal Hospital Makkah, Arab Saudi.
Pertama kali Lusi bekerja di RS King Faisal Hospital di Makkah pada 2009, terdaftar sebagai petugas jaga di bulan Haji (Hajj Duty Pemerintah Saudi) sampai 2013.
“Saya merasa senang mendapat pembagian pasien jemaah haji Indonesia, sehingga dapat merawat langsung. Memenuhi keperluan makan dan minum, seperti merawat ibu sendiri,” ujarnya.
Terkadang saya juga memandikan, meminumkan obat, dan membantu dokter agar lebih mudah mendapatkan data keluhan pasien. Sementara pasien senang karena merasa seperti dirawat di rumah sakit Indonesia.
Menurutnya, selama ini pasien merasa takut ketika masuk ke RS Arab Saudi karena bahasa yang beda. Tidak dapat berkomunikasi, karena mereka tak mengerti bahasa Arab atau Inggris.
“Ketika saya sapa, Assalamualaikum, mereka jawab Waalaikumsalam, tapi masih ragu. Setelah mendapat penjelasan, saya perawat dari Indonesia yang bekerja di rumah sakit ini, mereka langsung berucap syukur, Alhamdulillah merasa ada teman sebangsa di rumah sakit,” jelas Lusiana.
Menurut Lusi, perawat Indonesia waktu bekerja di RS Arab Saudi selalu berusaha mendatangi pasien Indonesia dan membantu menyuapi makan dan minum, sambil ngajak ngobrol agar mereka tidak merasa sendiri.
Ia sering menanyakan keluhan atau apa yang bisa dibantu sebagai sesama warga negara Indonesia.
“Ketika ada pasien datang dalam kondisi kritis kemudian bisa baik kembali, bisa ikut safari wukuf sambil tiduran di bus rumah sakit. Saya merasa bahagia sekali,” kenangnya.
Ia merasa senang bisa membantu, memberikan informasi mengenai jamaah haji yang dirawat di rumah sakit kepada petugas kesehatan haji Indonesia atau dokter rumah sakit. Sehingga dokter terbantu ketika melakukan tindakan kepada pasien.
Lusiana yang berasal dari Banyuwangi ini juga merasa sedih, karena ada jemaah haji Indonesia yang meninggal, melihat jamaah haji sakit yang tidak bisa ikut safari wukuf, tidak mau makan karena makanan yang ada tidak sesuai dengan jenis makanan di Indonesia. Sehingga kondisi badannya terus menurun.
“Lebih sedih lagi kalau tidak bisa membantu menyuapi pasien atau mengunjungi pasien karena saya sibuk dinas dengan pasien lain yang kondisinya jelek,” kata Lusi.
Kini, Lusiana terdaftar menjadi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan Tahun 2017. Ia bertekad akan melayani jemaah haji Indonesia seperti melayani ibunya sendiri.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi ‘Halo Kemkes’ melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013