Jakarta, 3 Maret 2018
Kondisi lingkungan yang buruk dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai macam penyakit. Oleh karenanya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan perlu ditumbuhkan karena hal ini menjadi salah satu faktor penentu kesehatan masyarakat.
Buang air besar sembarangan misalnya, menjadi kebiasaan warga Distrik Akat, Kampung Ayam, Kabupaten Asmat, Papua. Mereka memilih semak-semak untuk menyembunyikan kotorannya. Bahkan salah satu warga berinisial MD menunjukan semak-semak yang biasa dijadikan tempat membuang hajatnya itu.
Kini, kebiasaan tersebut telah ditinggalkan, mereka sudah menyadari pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dengan tidak buang air besar sembarangan. Banyak warga bergotong royong membangun jamban dan septictank sendiri, ada juga sepasang suami istri tengah membuat atap jamban dari dedaunan.
Perubahan pola hidup itu terjadi berkat adanya bimbingan dari tim Kesehatan Lingkungan (Kesling) Flying Health Care (FHC) gelombang IV.
Tim Kesling saat itu melakukan pendampingan dengan memberikan pemahaman dan bimbingan stop buang air besar sembarangan dengan strategi pemicuan. Pendampingan tersebut dilakukan setiap hari sejak 23 Februari 2018 bersama petugas Puskesmas dan Babinsa, kepala kampung, dan petugas perlindungan masyarakat (Linmas) Kampung Ayam.
Masyarakat yang terpicu saat pemicuan, sekarang sudah tidak lagi buang air besar sembarangan. Dari 61 rumah di Kampung Ayam, sebanyak 25 rumah yang penghuninya tidak lagi buang air besar sembarangan. Tinggal 36 rumah lagi yang penghuninya masih buang air besar sembarangan, namun kini mereka sudah memiliki jamban tanpa subsidi sedikitpun.
Salah satu petugas di sana, Eza Yulia Pearlovie melaporkan dalam pemicuan ini yang paling penting adalah warga mau mengubah perilaku dan bisa mendapatkan jamban sederhana namun tetap memenuhi kaidah kesehatan. Ia menyengaja datang ke setiap rumah untuk memberikan pemahaman sekaligus mengetahui jumlah penghuninya.
Bahkan ada beberap warga yang mendatangi Eza untuk dibuatkan jamban. Ke depannya akan ada reward berupa septictank yang memenuhi standar.
Eza menambahkan jamban yang dibangun adalah kategori cubluk, maka jaraknya minimal 10 meter dari sumber air, tidak ada vektor yang menyentuh kotoran, dan tidak menimbulkan bau, serta ada atap yang melindungi dari hujan dan panas.
“Alhamdulillah, Sekda mendukung dengan memberi reward berupa profil tank untuk septictank kepada masyarakat yang sudah berubah perilakunya. Profil tank tersebut akan diberikan setelah mereka berubah perilakunya secara keseluruhan,” kata Eza dalam laporannya, Sabtu (3/3).
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH
NIP 196605081992032003