Sorong, 13 April 2018
Puskesmas Remu, Sorong, Papua Barat tanggap dalam menangani pasien dengan tuberkulosis (TBC). Dalam pelaksanaannya, petugas Puskesmas melakukan tinjauan langsung ke masyarakat untuk menemukan sekaligus mencegah terjadinya TBC.
Dokter Wahyuni Dwi Dianingsih mengatakan peninjauan langsung ke lapangan merupakan implementasi dari Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Walaupun memang karena beberapa hal PIS-PK itu baru dilaksanakan di Kelurahan Remu Selatan pada tahun ini.
“Target 32 hari. Seminggu bisa dilakukan 4 hari di luar jam kerja, dan dalam satu hari ditargetkan 8 keluarga pertimnya,” katanya, Jumat (13/4) di Puskesmas Remu, Sorong.
Wilayah kerja Puskesmas Remu adalah Kelurahan Klaklubik, Remu Selatan, Malabutor, dan Klasabi. Total warga dari empat keluarahan itu 31.532 jiwa.
Dari jumlah tersebut, hingga Maret 2018 terdapat 15 orang positif TBC (Remu Selatan 6, Klaklubik 3, Malabutor 3, dan Klasabi 3). Sementara yang suspek TBC ditemukan 57 orang (Remu Selatan 16, Klasabi 21, Klaklubik 4, Malabutor 7, dan 9 orang dari luar wilayah kerja Puskesmas Remu).
Sejak Januari 2018, petugas Puskesmas Remu melakukan beberapa kegiatan dalam mengatasi masalah TBC. Kegiatan itu meliputi survei kontak serumah, penyuntikan kategori dua, penjaringan suspek TB di kelurahan atau survei kontak isi rumah di sekitar pasien dengan TBC positif, kunjungan rumah mangkir (datang ke rumah pasien yang tidak mengambil obat di Puskesmas), pemasangan spanduk, baliho, dan leaflet, penyuluhan, serta survei kontak kembali pasien post pengobatan TBC (6-12) bulan pengobatan.
“Jadi kalau (penyuntikan) TBC kategori dua itu obatnya adalah suntikan streptomycin selama 56 kali tiap hari. Jadi kalau libur petugas menyuntik di rumah pasien,” kata Wahyuni.
Tren insiden kasus TBC di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan.
TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian nomor empat setelah penyakit stroke, diabetes dan hipertensi. Sementara sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia.
Kasus penyakit TBC di Indonesia masih terbilang tinggi, yakni mencapai sekitar 450 ribu kasus setiap tahun dan kasus kematian akibat TBC sekitar 65 ribu orang. Dari data tersebut, diharapkan seluruh Puskesmas di Indonesia mampu melakukan pendekatan keluaga dalam menemukan dan mengobati orang dengan TBC agar jumlah penderita menurun.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH