Surabaya, 13 Juli 2019
Bupati Pacitan Indartato mengatakan jika air bersih tertangani, masalah penularan penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan akan berkurang. Indartato menyampaikan hal tersebut kepada anggota DPR dalam acara Kunjungan Kerja (Kunker) Spesifik Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dalam rangka peninjauan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan Jumat (12/7/2019).
Kehadiran Tim Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang dipimpin Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Ichsan Firdaus ke Pacitan ingin memantau dan mendapatkan progres langsung dari dinas kesehatan terkait berita kejadian luar biasa Hepatitis A sekaligus memperoleh gambaran untuk mencegah penyakit ini daripada mengobati.
Acara berlangsung di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Hadir pada kesempatan itu, Kepala Badan Litbang Kesehatan (Balitbangkes) Siswanto dan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Indartato mengusulkan ke pemerintah pusat dan provinsi secara jangka panjang beberapa sumber air bisa dinaikkan menjadi sumber air baku yang dapat dimanfaatkan setiap saat. Sudah sejak lama Kabupaten Pacitan kekurangan air bersih.
“Kaitannya dengan antisipasi faktor risiko, pertama melokalisasi virus supaya tidak menyebar. Kemudian pemerintah daerah dibantu Tim Penggerak PKK (TP-PKK) melakukan penyuluhan secara terus menerus ke masyarakat. Semua kepala sekolah dikumpulkan dan diberi penjelasan mengenai gerakan cuci tangan di sekolah agar tetap berjalan dengan baik,” jelas Bupati.
Bupati mengucapkan terimakasih atas bantuan penanganan KLB di Pacitan baik dari kalangan pemerintah, utamanya dari dinas kesehatan kabupaten dan provinsi termasuk Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) yang menjadikan kasus ini secara berangsur-angsur berkurang. Termasuk TNI Polri dan TP-PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat Pacitan.
“Alhamdulillah sejak tanggal 1 Juli 2019, sudah tidak lagi kasus”, ungkap Indartato.
Sementara itu, Ichsan Firdaus berharap bisa dilakukan langkah-langkah antara pemerintah dan DPR untuk mencegah penyebaran penyakit hepatitis A, khususnya di daerah Mataram Tidak hanya di daerah Pacitan dan Trenggalek saja. Apalagi dikhawatirkan akan terjadi musim kemarau yang cukup panjang.
Di pertemuan tersebut, Kepala Balitbangkes Siswanto menjelaskan hepatitis itu pada dasarnya ada tiga yaitu hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Hepatitis A gejalanya agak ringan. Ditularkan dari kotoran seseorang (feses) yang masuk ke mulut orang lain yang ditularkan. Hepatitis A biasanya sembuh sendiri dan jarang yang meninggal, kecuali fulminan hepatitis.
“Tapi yang hepatitis B ini yang berat, karena bisa menimbulkan sirosis bahkan kanker dan sifatnya kronis”, ungkap Siswanto. Untuk hepatitis C menurut Kepala Balitbangkes banyak menyebabkan kanker dan belum ada vaksinnya hingga saat ini.
Saat ini yang sudah ada vaksin adalah hepatitis A dan B. Hanya saja menurut Siswanto karena hepatitis A dianggap tidak parah dan pasien dapat sembuh sendiri, maka program pemerintah adalah melakukan vaksinasi Hepatitis B.
Saat ini Kepala Balitbangkes menuturkan peran pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan dalam KLB di Pacitan adalah membantu kegiatan surveilans. Khususnya terkait dengan lingkungan, termasuk dari pasiennya dan melakukan pemeriksaan air. Sampel diambil dari sungai yang ada di Kecamatan Sudimoro. Telah diambil enam titik. Dari enam titik yang dilakukan pemeriksaan, Tiga titik negatif. Tiga titik lainnya masih berlangsung proses pemeriksaan.
Kepala Badan Litbangkes menduga jika pemeriksaan dari sungai negatif, ada kemungkinan penularan berasal dari makanan. Untuk itu, menurut Siswanto, intervensinya sederhana yaitu dengan memperbaiki sanitasi. Buang air jangan sembarangan dan dilakukan di Jamban. Harus dijamin septic tank tidak merembes.
“Lakukan penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan termasuk edukasi tidak boleh minum air mentah serta harus dimasak”, jelasnya lebih lanjut. Kemenkes juga telah membagikan rapid test untuk diagnosis sekitar lima ratusan, termasuk kaporit dan sebagainya untuk penurunan titik kulminasi penyakit ini.
Kadinkes Provinsi Jatim Kohar Hari Santoso menyampaikan kronologis kejadian hepatitis A di Pacitan diawali dengan ditemukannya kejadian sakit pertama tanggal 2 Mei 2019. Kemudian Puskesmas Sudimoro dan Ngadirojo melaporkan peningkatan kasus sakit kuning pada tanggal 13 Juni 2019. Tanggal 15 Juni 2019 Dinkes Pacitan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) dan mendapatkan data yang cukup banyak, sehingga pada tanggal 19 Juni 2019, Dinkes Provinsi bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya melakukan PE lebih dalam lagi yang menghasilkan adanya kasus-kasus Hepatitis A yang meningkat di Pacitan.
Pada tanggal 25 Juni Bupati Pacitan menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hingga 1 Juli 2019 dilaporkan Kadinkes Jatim kasus barunya sebenarnya sudah tidak ada. “Namun masih tetap dipantau terus”, kata Kohar Hari Santoso.
Total kasus Hepatitis A di Pacitan ada 1110 pasien dan yang pernah dirawat inap sebanyak 347. Saat ini masih ada empat pasien yang masih dirawat inap yaitu di 3 pasien di Puskesmas Ngadirojo dan satu pasien di RSUF dr. Darsono.
Sebaran pasien hepatitis A paling banyak di Kecamatan Sukorejo, Sudimoro dan Ngadirojo kemudian Wonokarto. Ada sedikit di Kecamatan Ketrowonojoyo. Menurut Kadinkes, jika melihat dari odd ratio (OR), salah satu aktifitas yang terbukti berisiko terjadi penularan adalah makan bersama atau hajatan. Memang pada saat kejadian terjadinya pada bulan lebaran dimana masyarakat saling berbagi makanan kemudian waktu puasa ada kebiasaan di Pacitan minum janggelan.
Kadinkes Jatim menjelaskan untuk menghindari potensi berisiko terjadinya penularan hepatitis A yang dilakukan melalui oral fecal, maka perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu mendapat penekanan.
Ada 3 langkah yang telah dilakukan untuk menangani KLB hepatitis A secara taktis, yaitu 1. tata laksana dari pasien dengan melakukan pengobatan bagi seluruh pasien sebanyak 1110 orang; 2. Surveilans dan penanggulangan faktor risiko seperti menangani permasalahan air; dan 3. Penerapan PHBS.
Telah dilakukan kaporitisasi pada 1188 sarana air minum. Dilakukan juga penyuluhan massal pada 51 desa terdampak dan promosi kesehatan. Gubernur Jawa Timur telah datang langsung ke lokasi KLB dan memberikan bantuan air bersih, khususnya untuk mengantisipasi musim kering yang dikhawatirkan memberikan dampak lebih jauh.
Kadinkes Kohar Hari Santoso mengungkapkan ada juga temuan kasus hepatitis A di Kabupaten Trenggalek. Namun jumlahnya tidak setinggi yang di Pacitan. Namun daerah yang terdampak sangat berdekatan dan jika dilihat secara epidemiologi agaknya satu kesatuan karena memang teritorialnya berdekatan dan sequen waktunya sama khususnya dalam lonjakan waktu kejadian. Kemudian ada interaksi antar masyarakat. Jumlah kasus dilaporkan ada 190 pasien dengan yang dirawat sebanyak 2 pasien.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(ali/gi)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM