Makkah, 1 Agustus 2019.
Kelelahan menjadi salah satu faktor risiko utama penyebab berbagai permasalahan kesehatan yang menimpa jemaah haji Indonesia. Faktor lainnya adalah perilaku, konsumsi air, suhu panas dan adaptasi lingkungan.
“Ada lima faktor penyebab utama permasalahan kesehatan haji, diantaranya kelelahan,” kata Eka Jusup Singka, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
Untuk mengatasi kelelahan, jemaah harus mampu mengukur kemampuan tubuhnya. Jika sudah merasa kelelahan jangan memaksakan diri untuk melakukan aktivitas. Terutama aktivitas yang tidak perlu di luar pondokan/hotel. Di samping itu, jemaah juga harus mengatur waktu istirahat yang cukup.
Terlebih lagi bagi jemaah risiko tinggi dan lanjut usia. Mereka lebih rentan terhadap situasi lingkungan terutama cuaca ekstrem seperti Arab Saudi ini. Energi jemaah haji khususnya kelompok risti ini lebih baik dihemat dan dioptimalkan saat puncak haji. Tidak diforsir untuk kegiatan yang bukan rukun dan wajib haji.
“Mereka [lansia] justru harus dioptimalkan kondisi fisiknya menjelang Armuzna, karena mereka ke sini tujuan utamanya adalah ibadah haji,” tegas dr. Ali Setiawan, Sp.B, Direktur KKHI Makkah.
“Jangan sampai kegiatan-kegiatan tambahan yang tidak berhubungan dengan ibadah haji justru menjadi penghalang ibadahnya akibat sakit, atau bahkan meninggalnya jamaah sebelum ibadah pokoknya dijalankan,” tekannya lagi.
Tidak lupa kepada para petugas kloter, keloompok bimbingan haji dan sesama jemaah, Ali juga mengingatkan agar lebih memperhatikan kondisi kesehatan jemaahnya. Jemaah pun selalu dianjurkan untuk selalu mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti penutup kepala, kacamata, masker, botol air dan alas kaki, jika hendak ke luar hotel.
Kematian akibat kelelahan
Sebelumnya tersiar kabar kematian salah satu jemaah haji Indonesia. Sungguh tragis apa yang dialami oleh almarhumah Siti Aminah (68 tahun). Niatnya untuk berhaji yang sudah direncanakan bertahun-tahun lamanya, akhirnya harus kandas. Jemaah haji asal Kloter SUB 63 Embarkasi Surabaya ini harus meregang nyawa dan akhirnya wafat akibat sengatan panas (heat stroke) dan kelelahan.
Awalnya Siti dan rombongannya mengikuti kegiatan ziarah ke Jabal Rahmah di Padang Arafah pada Rabu (31/7) siang Waktu Arab Saudi. Di tengah terik matahari menyengat dan medan yang sulit tentu bukan perkara mudah bagi seorang lansia seperti Siti. Siti ditemukan pingsan saat tengah mendaki bukit. Meskipun oleh petugas haji sempat dibawa dan diberikan resusitasi di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dan dirujuk RS Arab Saudi, tapi nyawanya tidak tertolong.
Kematian Siti Aminah menyita perhatian publik. Apa yang terjadi pada pasien asal Mojokerto tersebut jangan sampai terulang pada jemaah haji Indonesia lainnya. Peristiwa ini mengingatkan kembali kepada kita semua khususnya para jemaah haji Indonesia agar bisa menjaga kondisi kesehatan tubuhnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (AM)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.