Pada tahun 1974, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Indonesia bebas penyakit polio. Suatu prestasi yang membanggakan posisi Indonesia di dunia Internasional. Itulah salah satu keberhasilan Prof. dr. GA. Siwabessy, Menteri Kesehatan periode 1966-1978. Diantara Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. GA. Siwabessy adalah tokoh yang paling lama menjabat sebagai Menkes, yaitu tahun 1966 di bawah kabinet pemerintahan Presiden Soekarno dan berakhir pada tahun 1978 di bawah kabinet Presiden Soeharto. Beliau mengabdi kepada negara sebagai Menteri Kesehatan dan Ketua Tim Dokter Kepresidenan dalam dua era yang berbeda.
Sudah seabad usia Prof. Dr. Siwabesy dan telah lama pula meninggalkan kita semua, namun peninggalan almarhum masih dapat dirasakan bangsa Indonesia hingga kini.
Tidak berlebihan bila nama beliau diabadikan sebagai nama auditorium Kementerian Kesehatan. Ini dilakukan sebagai penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa almarhum di dunia kesehatan.
Dalam memperingati 100 tahun Prof. Dr. Siwabessy berbagai kegiatan dilakukan diantaranya yaitu penerbitan buku berjudul Sang Upuleru yang ditulis oleh para kerabat dan tokoh nasional. Serta acara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang diselenggarakan Yayasan Siwabessy.
“Dari tulisan-tulisan ini kita dapat mengetahui ketulusan pengabdian beliau kepada bangsa dan negara pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya,” ujar Menkes pada acara peringatan 100 Tahun Prof. Dr. GA Siwabessy, di Jakarta (29/8). Pada kesempatan tersebut, Menkes juga memberikan penghargaan Ksatria Bakti Husada Aditya untuk almarhum. “Aditya” merupakan tingkat tertinggi dalam penghargaan bidang kesehatan kepada perorangan “Ksatria Bakti Husada”.
Pada periode pertama diangkat sebagai Menkes dalam Kabinet Ampera, Prof. Siwabessy meletakkan fondasi pembangunan kesehatan nasional melalui stabilisasi sosial politik dan sosial ekonomi serta mengusahakan manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Kinerja Prof. Siwabessy selama 2 tahun pertama dalam fase penyelamatan dan rehabilitasi dinilai sangat memuaskan sehingga dipercaya untuk melanjutkan ke periode berikutnya dengan tugas untuk menyelesaikan fase konsolidasi dan stabilisasi di bidang kesehatan pada tahun 1968. Sejumlah keberhasilanpun dicapai beliau selama fase tersebut, diantaranya membangun kembali kerjasama dengan organisasi-organisasi internasional setelah Indonesia menjadi anggota PBB. Selain itu, dengan memanfaatkan bantuan dana luar negeri, Prof. Siwabwssy membangun laboratorium rumah sakit di Bandung, intensive care (gawat darurat) di Jakarta, floating hospital (kapal rumah sakit) di Maluku, fasilitas dan peralatan kesehatan rumah sakit umum di Semarang dan Purwokerto serta pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) secara integral.
Banyak kesuksesan lain yang ditorehkan Departemen Kesehatan di bawah kepemimpinan Prof. DR. G.A. Siwabessy. Antara lain adalah memulai pembangunan sarana kesehatan yang terdiri dari Puskesmas dan tenaganya, pembangunan Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (Samijaga) di seluruh Indonesia, pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit, pengadaan dan pengawasan obat, pemberantasan penyakit menular, pengembangan laboratorium, penelitian dan surveilans, kesehatan gigi dan jiwa, pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat, pendidikan health education specialist, penyuluhan kesehatan sampai dengan pembentukan Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (Asuransi Kesehatan, yang kini telah menjadi Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan).
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.kemkes.go.id dan alamat email kontak@kemkes.go.id.