Penyelenggaraan haji tahun 2014 M/ 1435 mendapat perhatian khusus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Fokus yang menjadi perhatian WHO diantaranya adalah bagaimana membangun jejaring koordinasi antara Misi Kesehatan (Medical Mission) negara-negara pengirim jemaah haji dengan pemerintah Arab Saudi khususnya dalam menghadapi virus MERS CoV dan Ebola.
Terkait fokus ini, WHO menyelenggarakan pertemuan antar negara pengirim jemaah haji Tahun 2014 M/ 1435, di Jeddah pada tanggal 16 – 17 September 2014. Pertemuan dihadiri 10 dari 100 negara yang mengirimkan jemaah haji dengan jumlah jemaah terbesar di dunia. Kesepuluh negara tersebut adalah Indonesia, Sudan, Nigeria, Malaysia, Yaman, India, Bangladeh, Pakistan, Turki, Iraq, Iran, Mesir dan Arab Saudi selaku Tuan Rumah.
Pertemuan bertujuan mengetahui kesiapan dan kesiapsiagaan setiap negara dalam pelayanan kesehatan pada musim haji tahun ini khususnya dalam menghadapi kemungkinan terjadinya penyakit menular. Sebagaimana dilansir sejumlah media dalam dan luar negeri belakangan ini sedang berjangkit virus MERS CoV dan Ebola. Melalui pertemuan ini, setiap negara diharapkan waspada terhadap penularan panyakit ini selama musim haji dan setelah penyelenggaraan haji, yaitu setelah jemaah kembali ke negara asal. Penyelenggaraan haji merupakan pergerakan massa (Mass Gathering) terbesar di dunia. Surveilans yang “as-ussual” tidak akan efektif untuk mengamati pergerakan massa (Mass Gathering).
Pemerintah Arab Saudi dan WHO menghargai ibadah haji sebagai hak asasi setiap Muslim di seluruh dunia. Oleh karena itu, telah disiapkan langkah-langkah antisipasi mewabahnya MERS CoV dan Ebola pada penyelenggaraan haji tahun 201 M/1435 H. Misi Kesehatan merupakan entry point untuk deteksi dini dan manajemen kasus. Untuk itu, Pemerintah Arab Saudi dan WHO menekankan setiap negara pengirim jemaah haji untuk memperhatikan 3 hal utama dalam menghadap MERS CoV dan Ebola, yaitu dengan Meningkatkan kesiapan dan kesiapsiagaan pelayanan kesehatan, baik individu maupun komunitas; Meningkatkan surveilans terhadap Emerging Desease dan Comunicable Desease seperti MERS Cov dan Ebola; serta Meningkatkan koordinasi antar Misi Kesehatan negara pengirim jemaah haji dan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Pertemuan yang berlangsung selama 2 hari ini menghasilkan rekomendasi yaitu Pentingnya transparansi dan ketepatan waktu dalam penyampaian informasi terkait adanya kasus penyakit menular; Perlindungan terhadap penyakit menular selama haji merupakan tanggung jawab bersama; Pentingnya edukasi pola hidup bersih dan sehat sejak sebelum keberangkatan haji sampai kembali ke negara asal; serta Memberi perhatian khusus terhadap jemaah haji dengan usia lanjut.
Sebagai entry point dalam deteksi dini dan manajemen kasus Misi Kesehatan tiap negara penting untuk memberikan pelatihan khusus terkait penyakit menular kepada setiap anggota tim misi kesehatan. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Misi Kesehatan adalah Mengikuti standar definisi kasus yang ditetapkan; Selalu menjaga sterilitas peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan; serta Selalu menekankan pentingnya Alat Pelindung Diri (APD) bagi semua anggota tim Misi Kesehatan.
Sebagaimana surat elektronik yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari Misi Kesehatan Indonesia di Tanah Suci, dinyatakan bahwa krja sama dan sistem komunikasi yang baik antara Misi Kesehatan negara pengirim jemaah haji dengan Pemerintah Arab Saudi akan mengurangi risiko terjangkitnya penyakit menular. Salah satu contohnya adalah bila ditemukan kasus, maka perlu investigasi dan pengendalian penularan untuk mencegah kejadian wabah.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email kontak@depkes.go.id.