New York, USA, 22 September 2015
Bertempat di Hearst Building 57 st, 8 Ave New York, Menteri Kesehatan RI Prof. DR. dr. Nila F. Moeloek, Sp. M (K) bertindak selaku salah satu panelis dalam peluncuran Global Nutrition Report (GNR) 2015, 22 September 2015. Selain Menkes RI hadir pula empat panelis yakni David Miliband President and CEO of the International Rescue Committee, Graca Machel, Etherin (ED WFP), Lawrence Haddad, IFRI Researcher, and Corinna Hawkes, Co-chairs of the Global Nutrition Report dan perwakilan dari Tanzania.
Dalam Peluncuran GRN yang diselenggarakan oleh International Food Policy Tesearch Institute (IFPRI), Menkes menekankan kepeduliannya dengan “Beban ganda malnutrisi” dan dampaknya yang memerlukan biaya besar dan merugikan kesehatan, perkembangan kognitif dan produktifitas Sumber daya manusia. Angka kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi, namun sudah ada penurunan dan peralihan ke diet, termasuk diet lemak dan gula. Kondisi ini mengarah pada peningkatan yang mengkhawatirkan untuk risiko penyakit tidak menular, karena kegemukan dan kurang gizi dapat terjadi di lingkungan masyarakat yang sama, keluarga dan bahkan individu yang sama.
Menjawab tantangan beban ganda, sistem kesehatan kita sekarang harus menghadapi kurang dan kelebihan gizi. Di masa lalu, strategi untuk menghadapi kekurangan gizi dan kelebihan gizi sering dilakukan dan dipromosikan masing-masing, terpisah antar bagian dalam Kementerian Kesehatan, karena dua bagian ini tidak berkaitan langsung. Tantangan signifikan dalam program penurunan angka kekurangan gizi, tidak selalu sejalan dengan upaya penurunan kelebihan gizi, ujar Menkes.
Lebih lanjut Menkes mengatakan bahwa agar lebih efektif, diperlukan penyatuan pendekatan dan integrasi dalam pelaksanaan kegiatan mengatasi kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Program harus secara bersama-masa mempromosikan makanan bergizi dan gaya hidup sehat. Kualitas diet yang baik, mencukupi kebutuhan energi dan nutrisi, dengan pengurangan konsumsi lemak, sodium dan gula , bermanfaat untuk yang berisiko pada kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Beban ganda malnutrisi tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, keterlibatan multi-sektor dan komitraan sangat penting. Termasuk upaya mempromosikan produksi buah, sayuran dan kacang-kacangan, khususnya produksi lokal; ketersediaan air bersih, sanitasi dan kebersihan; pemberdayaan perempuan, tukas Menkes
Upaya Indonesia terkait tantangan global pada nutrisi tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No, 42 tahun 2013, tentang Gerakan Nasional Akselerasi Peningkatan Nutrisi, penjabarannya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
Mengemuka dalam diskusi panel
Enam hal yang mewarnai proses diskusi panel yaitu pertama, gizi memerlukan banyak sumber daya, tidak hanya dari donor tetapi juga dari mobilisasi masyarakat, kedua, solusi untuk permasalahan gizi tidak hanya oleh satu sektor kesehatan saja, ketiga, banyak orang berfikir bahwa masalah gizi hanya ada pada kelompok rawan dan pengungsi saja akan tetapi masalah gizi ada dimana-mana, keempat, gizi adalah pembangunan sumber daya manusia dan merupakan investasi, untuk itu harus dipastikan semua sektor berinvestasi kepada gizi, kelima, Indikator gizi seharusnya tidak hanya mengacu kepada indikator WHO akan tetapi setiap masyarakat mempunyai indikator sendiri untuk masalah gizinya, keenam, data gizi merupakan isu besar yang dihadapi saat ini.
Simpulan
Lima simpulan panel yang dihasilkan adalah Pertama, Menguatkan komitmen pemerintah di semua sektor dan semua pihak (partnership) untuk bersama-sama berinvestasi pada gizi, baik dalam penganggaran dan implementasi kegiatan, Kedua, Peningkatan alokasi anggaran bagi gizi dari berbagai sumber (pemerintah dan donor), Ketiga, Ketersediaan data yang akuntabel akan menghasilkan intervensi yang terarah, Keempat, Implementasi kegiatan yang konkrit dalam mengatasi masalah gizi. Jangan terlalu lama fokus kepada dokumen kebijakan tetapi lebih fokus kepada apa yang bisa kita lakukan sesuai dengan spesifik masalah di masing-masing wilayah, Kelima, Industri makanan menjadi tantangan besar dalam masalah gizi, bagaimana menyikapi hal ini dengan bijak.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.