Presiden Majelis Umum PBB membuka High level Meeting of the General Assembly on the Prevention and Control of Non Communicable Diseases (NCD)” di gedung PBB, New York (19/09).
DELRI dipimpin oleh Menteri Luar Negeri dan dihadiri Menteri Kesehatan RI dengan pendamping Dirjen P2PL, Utusan Khusus Presiden untuk MDGs, Perwakilan Tetap RI New York & staf, Deputi Menteri Bappenas, staf Kemkes dan LSM.
Dalam sambutan pembukaannya, Mr. Nassir Abdulaziz Al Nasser, Presiden Majelis Umum PBB, mantan Duta Besar Qatar di PBB menyatakan Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan isu penting, karena dampaknya bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga ekonomi. Untuk itu isu ini dibawa ke sidang Majelis Umum PBB. Menurutnya, perkembangan penanganan NCD related premature diseases sejauh ini dinilai laik laksana. Selain itu, dampak penting PTM pada perempuan adalah 6% pada high income countries dan 68% pada low income countries.
“Penanganan NCD harus melibatkan sektor di luar kesehatan, termasuk masyarakat madani dan swasta. Selain itu, perlu ada target nasional menurunkan premature death akibat NCD” ujarnya.
Pertemuan ini membicarakan disparitas antar negara, sehingga diharapkan dapat terbentuk kerjasama internasional. Selain itu, pertemuan ini juga akan menghasilkan beberapa dokumen tentang PTM, yang akan menjadi pedoman dalam penanganan PTM di tahun-tahun mendatang.
Sekretaris Jenderal PBB, Mr. Ban Ki Moon dalam sambutannya menyatakan bahwa 3 dari 5 penduduk manusia meninggal karena PTM, dan kematian akibat PTM diperhitungkan akan mengalami kenaikan sebesar 17% dalam dekade mendatang Karena itu, PTM adalah isu kesehatan kedua yang pernah dibicarakan di Majelis Umum PBB, setelah HIV/AIDS sekitar 10 tahun lalu.
“Beberapa cara penanggulangan PTM, yaitu kebiasaan makan yang sehat; skrining dan vaksinasi kanker serviks; olahraga; stop merokok; penanganan konsumsi alkohol; dan menjaga kualitas udara, air dan tanah tetap bersih. PTM tidak bisa ditangani hanya oleh pihak penyelenggara kesehatan, pihak industri dan sektor sawsta juga sangat berperan. Perusahaan, perusahaan periklanan, dan media turut bertanggungjawab dalam penyelenggaraan makanan sehat di masyarakat”, tambahnya.
Penanganan PTM akan berdampak pada ekonomi, lingkungan dan masa depan dunia. Karena itu PTM harus dibawa dalam agenda kesehatan global, serta dokumen deklarasi politik tentang PTM yang dihasilkan pada Majelis Umum PBB harus diimplentasikan.
Direktur Jenderal WHO – dr. Margaret Chan menyatakan pertemuan ini merupakan wake up call untuk penanganan PTM di dunia oleh berbagai sektor baik di tingkat pemerintah maupun swasta.
“Sejauh ini, kalangan kesehatan sudah melakukan banyak hal, baik di klinik dan fasilitas kesehatan masyarakat untuk menangani PTM, tetapi para Menteri Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, harus bersama-sama dengan sektor lain”, tegasnya.
Penanganan masalah akibat PTM di dunia bisa mencapai US$ 33 Triliun, karena itu pencegahan dengan pola hidup sehat harus diutamakan. Beberapa program penting untuk menjadi perhatian yaitu penanggulangan masalah rokok, penanggulangan alkohol, penanganan kadar garam, dan lain sebagainya.
Tiga ungkapan penting pada acara pembukaan tersebut adalah: 1) NCD is a slow motion dissaster, 2) we must act together, and 3) we must act now, with sense of urgency.