Sehubungan dengan berita WHO, bahwa penyakit campak sedang merebak di Eropa, disampaikan beberapa hal sebagai berikut Oleh Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementerian Kesehatan RI, antara lain :
1. Bagaimana program pencegahan penularan penyakit campak terhadap warga Indonesia di Eropa dijalankan?
Dirjen PP dan PL telah berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk menginformasikan keadaan di Eropa dan menghimbau masyarakat Indonesia yang berada di sana agar waspada dan bila perlu mengimunisasikan anaknya di fasilitas kesehatan yang ada.
2. Apakah sudah di cek satu persatu negara yang sudah dilakukan atau belum di imunisasi?
Masing-masing negara melakukan program pengendalian penyakitnya sendiri, dan menyediakan pelayanannya di negaranya.
3. Apakah Kemenkes juga sudah mengirim vaksin ke kedutaan besar kita di negara-negara Eropa agar campak itu tidak terbawa dan menyebar di Indonesia?
Mereka yang memerlukan vaksin di suatu negara dapat menghubungi pelayanan kesehatan di negara mereka berada. Kita di tanah air juga melakukan pemantauan terhadap traveler yang berasal dari Eropa yang mungkin sakit demam melalui sistem pemantauan di Kantor Kesehatan Pelabuhan yang merupakan unit dari Ditjen PP dan PL di Bandara
4. Apakah sudah ada catatan mengenai warga negara Indonesia yang tertular campak di sana?
Sampai saat ini belum ada laporan tentang adanya warga negara Indonesia yang menderita campak di sana.
5. Apakah ini wabah campak biasa seperti yang ada di sini ataukah jenis campak yag berbeda? berbahaya kah?
Campak yang ada di Eropa dan Amerika pada prinsipnya tidak berbeda dengan campak yang ada di Indonesia. Campak tersebut dapat dikatakan berbahaya bila disertai dengan komplikasi seperti pneumonia, encephalitis yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan.
6. Mengapa campak ini bisa menyebar lagi padahal program imunisasi khususnya di Eropa sudah bagus?
Program Imunisasi di Eropa dan Amerika cukup bagus, tetapi beberapa tahun terakhir sebagian orang tua merasa tidak perlu lagi melakukan imunisasi karena kasus sudah jarang atau bahkan tidak pernah terjadi, jadi imunisasi memang masih terus dijaga programnya
7. Bagaimana kemungkinan persebarannya di Indonesia?
Indonesia masih merupakan negara yang melakukan reduksi menuju eliminasi penyakit campak, yang berarti, masih dijumpai kasus campak di Indonesia walaupun kita telah berhasil menurunkan kematian akibat campak 90% pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2000, dan selanjutnya kita akan berusaha agar dapat menekan lebih jauh yaitu 95% pada tahun 2015.
8. Adakah pengaruh perubahan iklim mempengaruhi perkembangan virus campak?
Perubahan iklim mungkin saja mempengaruhi kondisi virus, tetapi juga lebih mempengaruhi kondisi anak terutama Balita, sehingga pada saat terjangkit campak kemampuan untuk self treatment jadi menurun atau rentan terhadap penyakit.
9. Virus apa yang berperan dalam campak di eropa kali ini?
Virus yang beredar di Eropa tidak terlalu berbeda hanya genotype yang sekarang beredar di Eropa adalah Tipe D4.
10. Bagaimana antisipasi peredaran penyakit campak di Indonesia?
Yang telah dilakukan di Indonesia adalah: a. Menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan setelah memegang hidung atau mulut, menutup hidung dan mulut pada saat bersin ataupun batuk, dan lain-lain. b. Memberikan ASI ekslusive (hanya memberikan ASI sampai anak usia 6 bulan) dan makan dengan kandungan gizi seimbang sesuai usia dan lain-lain. c. memberikan imunisasi pada usia 9 bulan dan memberikan dosis ke 2 pada saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kepada anak kelas 1 SD atau setingkatnya. d. Memberikan imunisasi tambahan untuk memberikan kesempatan ke 2 bagi tubuh anak untuk membangun sistem imunitas tubuhnya terhadap campak. e. Melakukan pemantauan atau surveilans kasus baik di puskesmas, RS maupun di mayarakat.
11. Apa saja gejala dari penyakit Campak dan apa terapi yang harus dilakukan?
Penyebab penyakit campak adalah virus yang berasal dari golongan paramyxovirus dengan genus morbilivirus. Gejala yang sering dijumpai adalah demam lebih kurang 3-4 hari diikuti dengan hidung beringus, batuk, adanya bintik-bintik merah di tubuh , dijumpai bercak koplik yang spesifik didapati pada kasus campak. Komplikasi atau penyulit yang sering terjadi pada kasus campak adalah diare sedang sampai berat, pneumonia, infeksi telinga bagian tengah, encephalitis dan kadang-kadang terjadi kerusakan kornea sehingga menyebabkan kebutaan yang permanen. Pengobatan virus tidak ada yang spesifik, tetapi hanya symptomatik atau mengurangi keluhan seperti obat demam, pemberian anti biotik bila terjadi infeksi sekunder dan lain-lain serta yang utama adalah makan dengan gizi seimbang dan istirahat yang cukup.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama