Jakarta, 17 April 2018
Tugas peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) angkatan pertama telah usai. Banyak pengalaman yang didapatkan oleh peserta selama satu tahun bertugas.
Dalam pelaksanaannya, berbagai pengalaman menjadi pembelajaran tersendiri bagi mereka. Dokter spesialis Anestesi Dian Raseka Parna misalnya, ia mengaku merasa kasihan dengan rekan di Papua Barat.
“Kesulitan akses menjadi kendala di sana, apalagi ketika akan merujuk pasien,” kata Dian saat evaluasi 1 tahun pelaksanaan WKDS dan ramah tamah dengan peserta WKDS angkatan 1 di gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Senin (16/4).
Dokter yang bertugas di RSUD Scholoo Keyen Sorong Selatan itu menekankan kesehatan dan pendidikan harus menjadi perhatian utama pemerintah.
“Papua itu Indonesia, dan saya bangga punya kesempatan bertugas di Papua,” ucap Dian.
Kendala akses pun dialami Dokter Prasetio Kirmawanto yang ditempatkan di Kabupaten Nunukan. Ia mengatakan fasilitas di rumah sakit tempat ia ditugaskan sudah lengkap, hanya saja akses yang masih menjadi kendala.
“Fasilitas sudah lengkap, yang jadi masalah adalah akses. BPJS sudah baik tapi akses saja, bagaimana masyarakat sampai ke RS. Di Nunukan itu mahal transportasinya karena harus angkutan air,” kata Prasetio.
Lain halnya dengan Dokter Nurhajriah Brahmi yang bertugas di RSUD Datu Sanggul Rantau, Kalimantan Selatan. Ia terkejut saat mengetahui peralatan di RS tipe C tersebut tidak lengkap. Ia pun mengatakan rumah dinas yang ditinggalinya tergenang air, padahal baru satu hari di sana.
“Saya berkomunikasi dengan Kemenkes, dan dalam dua hari terselesaikan,” ucap Nurhajriah.
Walaupun fasilitas kurang, Intensive Care Unit (ICU) di RS itu sudah sesuai tipe primer, keahlian SDM ICU pun sudah bertambah menjadi empat orang dari yang sebelumnya hanya satu orang.
Pengalaman lainnya diungkapkan Dokter Novelia Dara Monika yang ditugaskan di RSUD I.A. Moeis Samarinda Kota. Ia membawa anaknya yang baru satu tahun.
Sebelumnya, Novelia memastikan fasilitas yang didapatnya sesuai dengan MoU agar ketika membawa anaknya tidak terjadi kendala. Setelah semuanya dipastikan, anaknya pun dibawa dan tidak ada kendala karena memang fasilitas di sana sudah menunjang.
“Program ini baik sekali dan banyak manfaatnya dan saya bisa belajar betul-betul bisa menjadi dokter spesialis di daerah,” kata Novelia.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nila Moeloek mengatakan para peserta yang ditugaskan selama satu tahun itu telah mencapai apa yang diharapkan oleh Kemenkes, yakni pemerataan pelayanan kesehatan di perbatasan.
“Saya merasa amal kalian lebih banyak daripada sebagai dokter spesialis. Kita harus jalankan ‘teriakan’ dari daerah soal ketiadaan dokter, maka kita harus kirimkan dokter,” ucap Nila.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Bambang Wibowo meminta maaf jika ada kekurangan di fasilitas.
“Kami minta maaf ada beberapa hal yang mesti disiapkan dan kekurangan-kekurangan di fasilitas. Ke depannya akan ada pembenahan khususnya fasilitas,” kata Bambang.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (D2)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH