Jakarta, 3 Mei 2018
Pekerja perempuan berperan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan kesehatan.
Sebagai subjek pembangunan kesehatan, pekerja perempuan merupakan penentu alokasi pangan, penentu budaya konsumsi keluarga, pendidik, perawat dan pemelihara di dalam keluarga.
Sebagai objek pembangunan kesehatan, pekerja perempuan rentan mengalami eksploitasi, mempunyai peran ganda, rentan terpapar bahaya di tempat kerja di samping secara alamiah mengalami fase haid, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui. Oleh karena itu pekerja perempuan memerlukan pengawalan dan perlindungan khusus di bidang kesehatan.
“Tanpa kesehatan yang baik, pekerja kita tidak akan mampu bersaing dengan tenaga kerja lainnya di era globalisasi saat ini”, tutur Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek dalam sambutannya yang dibacakan oleh Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Pattiselano Robert Johan, MARS, pada pembukaan Seminar Kesehatan yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Kesehatan dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional, Kamis pagi (3/5).
Menkes menegaskan, bahwa seluruh pekerja dan lebih khusus pekerja perempuan, perlu dijaga kesehatannya, karena kita semua mengetahui bahwa pekerja yang sehat akan produktif dan hal ini merupakan modal bagi pembangunan nasional.
Seminar yang mengangkat tema “Pekerja Perempuan Sehat Penentu Penerus Bangsa” tersebut, lebih menitikberatkan kepada kesehatan pekerja perempuan, karena hampir separuh dari jumlah pekerja di Indonesia adalah pekerja perempuan. Dari 262 juta populasi penduduk Indonesia, sebanyak 114 juta penduduk merupakan pekerja. imana jumlah pekerja laki-laki sebesar 71,7 juta dan jumlah pekerja perempuan sekitar 46,3 juta (BPS, 2017).
“Hal ini menunjukkan bahwa pekerja perempuan di Indonesia hampir mencapai lebih kurang 40% dari jumlah total pekerja”, tutur Menkes.
Menkes menuturkan bahwa kondisi saat ini yang mana jumlah angkatan kerja semakin meningkat dan diiringi pertumbuhan industri akan berdampak terhadap kondisi kesehatan pekerja dan keluarganya. Menkes berpesan agar para pekerja – yang pada umumnya berada pada usia produktif – perlu menyadari bahwa mereka adalah pengambil keputusan sekaligus merupakan pendukung ekonomi keluarga, sehingga kesehatan adalah modal dasar yang harus dijaga.
“Bila pekerja perempuan sehat diharapkan bahwa keluarganya dan masyarakat akan menjadi sehat. Begitu pula sebaliknya. Bila pekerja perempuan sakit, maka tentu akan berdampak buruk pada unit tempat ia bekerja dan juga keluarganya. Hal ini tentu bukan menjadi harapan kita semua”, imbuhnya.
Dalam seminar dalam rangka hari buruh ini, terdapat tiga pembahasan materi, yakni: Gizi pada Pekerja yang dibawakan oleh dr. Tan Shot Yen; Tips Kebugaran bagi Pekerja oleh dr. Listya Tresnanti Mirtha; dan Motivasi untuk Sehat oleh Agus Halaludin, M.Kes.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH