Jakarta, 22 Juli 2019
Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Hal tersebut yang mendasari Kemenkes memprioritaskan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil.
Deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil mulai dilakukan di Indonesia pada 2013, dimulai dari DKI Jakarta dan terus berkembang ke provinsi lain di tahun-tahun berikutnya. Sejak 2016, pemeriksaan hepatitis dilakukan dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) Hepatitis B surface Antigen (HBsAg).
Berdasarkan Sistem Informasi Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (SIHEPI) 2018-2019 jumlah ibu hamil yang diperiksa hepatitis B sebanyak 1. 643.204 di 34 provinsi. Hasilnya, sebanyak 30.965 ibu hamil reaktif (terinfeksi virus hepatitis B), dan 15.747 bayi baru lahir dari ibu rekatif hepatitis B telah diberikan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg).
Pemberian HBIg dilakukan untuk meningkatkan upaya perlindungan pada bayi agar terhindar dari hepatitis B yang ditularkan dari ibunya. Tahun 2019 hingga Juni, ibu hamil yang telah diperiksa sebanyak 490.588 orang dengan 9.509 reaktif HBsAg. Dari pemeriksaan itu diketahui 4.559 bayi telah diberi HBIg kurang dari 24 jam serta imunisasi rutin dan telah terlindung penularan virus hepatitis B dari ibunya.
Pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke bayi dilakukan dengan vaksinasi HB0 setelah bayi lahir kurang dari 24 jam. Sementara pada bayi lahir dari ibu hepatitis B segera beri Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) kurang dari 24 jam.
Peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba), alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes). Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes mengatakan cara penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C, dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah).
“Cara penularan hepatitis A melalui kotoran, kalau ada orang membuang tinja sembarang, kemudian tidak cuci tangan pakai sabun dan menyentuh makanan dia bisa terinfeksi hepatitis akut, dia bisa menjadi carier sampai selesai masa inkubasi sekitar 50 hari,” katanya di gedung Kemenkes, Jakarta, Senin (22/7).
Hepatitis C
Pengendalian Virus Hepatitis C di Indonesia selain pengendalian faktor risiko penyakit, dilakukan juga pengobatan Hepatitis C dengan obat Direct Acting Antivirus (DAA) yang sudah diregistrasi BPOM, dimana obat ini menunjukkan tingkat kesembuhan yang tinggi (97%) dalam waktu pengobatan 12-24 minggu, lebih berhasil dan lebih cepat dibandingkan obat sebelumnya dengan menggunakan Pegylated Interferon.
Pelayanan pengobatan DAA hepatitis C di Indonesia terus berkembang. Pada 2017 layanan pengobatan DAA dilaksanakan di 7 provinsi (29 rumah sakit), 2018 layanan pengobatan DAA dilakukan di 14 provinsi (36 rumah sakti). Pada 2019 layanan pengobatan DAA dilakukan di 15 provinsi (37 rumah sakit).
Darah penderita hepatitis C, walaupun sudah sembuh akan selamanya mengandung antibody hepatitis C tetapi tidak memberikan kekebalan sehingga bisa saja terjadi infeksi ulang.
Pengendalian faktor risiko untuk menghindari dari penularan hepatitis B dan C adalah dengan berperilaku hidup bersih sehat, dengan tidak mempergunakan alat pribadi secara bersama seperti gunting kuku, alat cukur, dan sikat gigi, serta tidak menggunakan jarum suntik bersama.
Sekjen Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Dr. dr. Andri Sanityoso Sulaiman, Sp.PD, KGEH mengatakan di masyarakat informasi hepatitis A, B, C, D, dan E merupakan level keparahan penyakit hepatitis. Namun sebenarnya lima jenis hepatitis itu merupakan penamaan saja.
“Hepatitis A, B, C, D, dan E bukan merupakan kelanjutan (tingkat keparahan) melainkan hanya penamaan. Di Indonesia banyak hepatitis A, B, dan C,” katanya.
Ia menambahkan masa inkubasi hepatitis A adalah 30 hari, hepatitis B 80 hari, dan hepatitis C 50 hari. Hepatitis A, menurutnya, di Indonesia menjadi endemis dan sepanjang tahun akan ada kasus terjadi.
Hari Hepatitis Dunia
Semua negara melakukan penanggulangan Hepatitis secara komprehensif melalui pencegahan dan pengobatan. Hari Hepatitis Dunia jatuh pada 28 Juli bertepatan dengan hari lahirnya penemu virus hepatitis B ; Baruch Samuel Bloomberg.
Tema Nasional Peringatan Hari Hepatitis Dunia tahun 2019 adalah ‘Eliminasi Hepatitis, Selamatkan Generasi Penerus Bangsa’. Tujuan Peringatan Hari Hepatitis Sedunia adalah meningkatkan perhatian, kepedulian dan pengetahuan berbagai pihak tentang besarnya masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh virus hepatitis.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM