Makkah, 3 Agustus 2019.
Mendekati masa puncak haji di Armuzna, hari ini (3/8) petugas kesehatan melakukan survei lapangan ke dua lokasi, Arafah dan Mina. Sebanyak 30 orang anggota Tim Gerak Cepat (TGC) dan 24 orang Tim Promotif Preventif (TPP) melihat lokasi tempat penugasan mereka.
Survei ini penting dilakukan untuk memastikan kesiapan petugas mengenali medan tugasnya. Pengenalan medan ini menjadi krusial mengingat area Armina yang luas, kondisi lingkungan yang berbeda dan penyebaran maktab atau tenda tempat jemaah haji Indonesia bermukim.
“Survey armina ini untuk pengenalan lokasi tugas dan mapping titik-titik dimana bisa terjadi potensi masalah kesehatan kepada jemaah,” jelas dr. Erwinsyah, Koordinator TGC.
Setibanya di Arafah, dr. Erwinsyah atau yang biasa dipanggil Erick memberikan arahan singkat kepada 6 kelompok yang merupakan gabungan TGC dan TPP. Enam kelompok ini nantinya akan mengisi 6 pos satelit di Arafah. Setiap pos terdiri dari 10 orang dan akan bertanggung jawab pada 10 maktab. Tiap maktab biasanya akan terdiri dari 7-8 kloter yang akan tinggal di dalam tenda-tenda semi permanen yang tengah disiapkan Pemerintah Arab Saudi.
Usai pengarahan, masing-masing kelompok menyebar ke pos-pos yang akan mereka tempati. Selanjutnya mereka juga melihat lokasi maktab jemaah, pos/klinik kesehatan terdekat, toilet dan tempat-tempat lainnya yang akan dibutuhkan jemaah haji Indonesia.
Para petugas juga memperhatikan jalur, mengukur jarak dan waktu tempuh dari lokasi penempatan mereka ke Pos Kesehatan Arafah atau Klinik Arafah milik Pemerintah Arab Saudi. Ini dilakukan agar ketika terjadi kondisi emergency bisa mengetahui jalur termudah dan tercepat menuju fasilitas kesehatan terdekat sesuai triasenya.
Penempatan TPP-TGC dalam satu tim bukan tanpa maksud. Kolaborasi keduanya dibutuhkan terutama dalam melakukan case finding (temuan kasus). Selain tentu menjalankan tugas sesuai tugas dan fungsinya. Dari pengalaman sebelumnya, masih ada saja jemaah haji yang tidak disiplin menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Perilaku jemaah yang seperti itu ditambah lagi suhu udara yang panas, tentu berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
“TPP dan TGC akan bersinergi di 6 pos satelit di Arafah memberikan edukasi dan deteksi dini, serta penanganan kegawatdaruratan,” kata Erick.
Selesai di Arafah, kedua tim bergerak ke Mina melewati Muzdalifah. Di Mina, TGC dan TPP akan menempati lima pos. TPP akan banyak bergerak di jalur atas jamarat, sementara 70 personil TGC akan melingkupi lima pos jalur bawah dan lima pos jalur atas. Kedua tim akan bertugas selama 24 jam.
Untuk TPP, 29 personilnya akan dibagi menjadi 12 shift. Setiap 2 jam sekali akan bergantian mengelilingi jalur jamarat mulai dari pos 1 sampai 5. Lokasi pos ini berada sejak terowongan pertama sampai dengan jalur kembali jemaah ke tendanya. Pada survei tersebut, TPP berjalan kaki sejauh 3 kilometer mulai dari Pos Kesehatan Mina hingga Jumrah Aqobah.
Petugas harus memperhatikan benar titik kritis di jalur melontar jumroh ini, baik waktu maupun lokasi. Terutama saat pelontaran di hari pertama pada siang hari, antara jam 10.00-16.00 Waktu Arab Saudi. Ini merupakan waktu puncak keramaian dan kepadatan jemaah yang hendak melontar baik di jalur atas dan jalur bawah. Begitu juga lokasi yang rawan akan terjadinya jemaah yang tumbang yaitu di pos 4 yang lokasinya setelah jumrah aqobah. Banyak jemaah yang mengalami kelelahan dan dehidrasi karena mereka harus berjalan kaki sekitar 6-14 kilometer tergantung lokasi maktabnya, padahal banyak jemaah haji Indonesia yang tergolong lansia dan risiko tinggi.
Dibutuhkan kondisi fisik yang prima dalam penugasan di Armina ini. Petugas kesehatan selain memperhatikan kondisi kesehatan jemaah, juga mesti menjaga kesehatan dirinya sendiri. Erick berpesan kepada sesama petugas agar memperkuat upaya promotif dan preventif dan jangan pernah bosan untuk mengedukasi jemaah. Ia berharap agar seluruh petugas, baik petugas kesehatan, non kesehatan dan TKHI dapat menjaga soliditas dan kerjasama tim.
“Komunikasi dan koordinasi sesama petugas jadi kunci,” tekan Erick.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (AM)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.