Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE (6/4/12) mengingatkan masyarakat tentang penyakit menular yang harus diwaspadai saat datangnya musim hujan dan kemungkinan banjir serta langkah antisipasinya sebagai berikut:
Diare. Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi maka potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, maka sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar. Disamping itu disaat banjir ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Hal tersebut potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan masyarakat agar tetap waspada dan untuk menghindari terserang penyakit diare menyarankan hal-hal berikut: 1) membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan/minum serta sehabis buang hajat, 2) membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari, 3) menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah disekitar tempat tinggal, serta tidak lupa 4) menghubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.
Demam Berdarah. Pada musim hujan biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada musim hujan banyak sampah, misalnya: kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu. Genangan air itulah yang akhirnya menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit maka risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat. Untuk itu diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M yaitu: mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Selain itu masyarakat harus segera membawa keluarganya ke sarana kesehatan bila ada yang sakit dengan gejala panas tinggi yang tidak jelas sebabnya yang disertai adanya tanda-tanda perdarahan.
Leptospirosis. Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut Leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis, karena ditularkan melalui hewan/binatang. Di Indonesia hewan penular terutama adalah tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, maka tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia dimana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang mempinyai luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan akan menjadi jatuh sakit. Langkah-langkah antisipasi untuk menghindari timbulnya penyakit leptospirosis yaitu: 1) menekan dan hindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita, dengan selalu menjaga kebersihan, 2) hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama jika mempunyai luka, 3) menggunakan pelindung misalnya sepatu, bila terpaksa harus ke daerah banjir, 4) segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat dapat disertai sesak napas, nyeri dada dan lain-lain.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menyebutkan penanganannya meliputi: 1) istirahat, 2) pengobatan simtomatis sesuai gejala, 3) mungkin diperlukan pengabatan kausal untuk mengatasi penyebab, 4) meningkatkan daya tahan tubuh, 5) mencegah penularan pada orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan lain sebagainya.
Faktor berkumpulnya banyak orang seperti di tempat pengungsian korban banjir juga berperan dalam penularan ISPA, kata Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama.
Penyakit kulit, dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain. Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir juga berperan dalam penularan infeksi kulit.
Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini faktor kebersihan makanan memegang peranan penting.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menyebutkan yang terakhir adalah perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili: (021) 52960661; 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau e-mail kontak@depkes.go.id.