Garut, 18 Agustus 2020
Permasalah Tuberculosis (TBC) bukan hanya masalah sektor kesehatan, tapi dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan di sekitar tempat tinggal orang yang menderita TBC. Maka dari itu Pemerintah Daerah Kabupaten Garut bersama Kementerian Kesehatan melakukan suatu Rembuk Desa Siaga TBC pada tanggal 18 Agustus 2020.
Rembuk Desa ini dipimpin oleh Menteri Kesehatan RI yang diwakili oleh Dirjen Pecegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Achmad Yurianto dan Bupati Garut H. Rudy Gunawan, SH, MH , MP. Kegiatan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan di Kantor Bappeda Kabupaten Garut, dihadiri oleh 70 orang undangan yang berasal dari Muspida, Jajaran Pemkab Garut, dan Komunitas Peduli Tuberkulosis di Garut.
Rudy Gunawan mengatakan bahwa Garut yang berpenduduk 2,2 juta jiwa dengan 442 kelurahan dan desa meyadari bahwa TBC masih menjadi salah satu masalah utama Kesehatan selain Stunting dan AKI serta AKB.
“Penanganan TBC tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor Kesehatan saja,” kata Rudy.
Rudy menaruh perhatian dalam penyediaan kawasan sehat dan Peduli TBC yang diwujudkan dalam bentuk desa percontohan Desa Siaga Tuberkulosis di Desa Suka Menteri.
Desa Siaga TBC dilakukan melalui penataan kawasan kumuh, penyediaan rumah sehat dan rumah singgah bagi pasien TBC serta bantuan sosial kepada para pasien TBC yang sedang dalam proses pengobatan.
Hal tersebut didukung oleh Ormas dan Filantropis di antaranya relawan Aisyiah berperan besar dalam penggerakan kader pendampingan dan penggalangan dukungan sosial bagi pasien TBC. Sementara relawan dari Yahintara berperan dalam penataan kawasan kumuh, renovasi rumah sehat dan pembangunan rumah tunggu bagi pasien TBC.
dr. Achmad Yurianto menekankan pentingnya masyarakat menjadi subyek dalam upaya pembangunan kesehatan sehingga mereka melakukan pola hidup sehat. Hal ini selaras dengan tema kampanye Elimiasi TBC yaitu “Sudah Saatnya Indonesia Bebas TBC, Mulai dari Saya” .
“Upaya ini semakin penting dimasa Pandemi Covid-19 yang menekankan pentingnya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat agar bisa selamat dari Covid-19,” kata dr. Achmad.
Kementerian Kesehatan hadir dengan Dirjen P2P didampingi oleh Staf Khusus Menkes, Direktur P2PML, Jajaran Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung, Tenaga Ahli Pusat Krisis Kesehatan dan Kasubdit Tuberkulosis Kemkes. Kegiatan ini juga disiarkan secara langsung melalui online disaksikan oleh Kepala Puskesmas , pimpinan fasyankes, para Wasor di seluruh Indonesia dan undangan lain yang terbatas hadir secara offline.
Rumah Singgah TBC
Bangunan 2 lantai seluas 52 m2 telah dibangun di Kelurahan Suka Menteri, Garut. Bangunan tersebut merupakan Rumah Singgah TBC yang dibangun oleh Yahintara dan dikelola oleh kader Aisyiah.
Dibangun dengan biaya kurang dari 100 juta ini mulai dibangun pada 23 November 2019 dan selesai pada 28 Feb 2020 serta mulai difungsikan 10 Maret 2020. Rumah Singgah tersebut sebagai pos obat TB di Kawasan Keluarahan Suka Menteri dan tempat berkumpul kader kesehatan.
Bangunan rumah singgah ini dibangun secara gotong royong antara Aisyiah dan Yahintara dengan menggunakan dana donasi yang mereka kumpulkan secara mandiri. Bangunan ini dibangun dengan mengoptimalkan tata cahaya, tata ruang dan ventilasi yang baik agar tetap sehat dan fungsional meski dengan luas tanah yang terbatas.
Hal seperti ini juga dilakukan pada renovasi rumah Pak Nurdin, seorang penyintas TB RO yang dibangunkan rumah sehat dengan ukuran tanah 12 m2. Dengan biaya 25 juta, bisa dibangunkan rumah 2,5 lantai dengan 3 kamar tidur, 1 ruang kerja dan kamar mandi. Ini bisa menjadi alternatif solusi model bangunan sehat di Kawasan padat penduduk.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM