Penyediaan air minum yang layak serta pengendalian berbagai penyakit menular adalah 2 dari 8 target Millennium Development Goal (MDGs) yang harus dicapai sebelum tahun 2015. Oleh karena itu, upaya penyehatan lingkungan adalah kegiatan yang mendukung pengendalian penyakit menular dan tidak menular, sebagai bagian dari pengendalian faktor risiko penyakit dan lingkungan. Tersedianya sarana air minum, sarana sanitasi dasar dan adanya perilaku yang higienis, akan memberi dampak terhadap peningkatan derajat kesehatan.
Demikian sambutan Menteri Kesehatan yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK), Supriyantoro, Sp.P, MARS, saat acara “Serah Terima Aset Hasil Kegiatan Penyediaan Air Minum Pedesaan (ProAir) dan Pencanangan Komitmen Menuju Eliminasi Malaria, Eliminasi Filariasis serta Eradikasi Frambusia” di Nusa Tenggara Timur (16/03). Hadir pada kesempatan tersebut Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Timur Fransiskus Salem, S.H, M.Si, Bupati Sumba Barat Kornelius Kodi Mete, dan Kepala Dinkes Prov. Nusa Tenggara Timur DR. Stefanus Bria Seran, MPH.
Pada kesempatan tersebut Menkes menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dikhususkan kepada masyarakat Sumba Barat Daya atas kerja keras memenuhi kebutuhan dasar masyarakat akan air minum yang layak serta komitmen untuk mengeliminasi serta eradiksi berbagai penyakit menular khususnya Eliansi Malaria, Eliansi Filariasis dan Eradikasi Frambusia di Nusa Tenggara Timur.
Menkes berharap dengan komitmen kuat dan dukungan dari Pemerintah Prov. NTT beserta jajarannya dapat mempercepat pencapaian Eliminasi Malaria melalui akselerasi berbagai kegiatan seperti: penemuan penderita dengan konfirmasi laboratorium, pengobatan penderita menggunakan obat anti malaria ACT (Artemisinin based Combination Therapy), pengendalian vector dan pelaksanaan surveilans.
Menkes menambahkan Hari Malaria Sedunia diperingati setiap tanggal 25 April diseluruh dunia yang ditujukan untuk meningkatkan upaya pengendalian Malaria menuju eliminasi.
Menkes menyatakan pelaksanaan pengendalian Malaria yang intensif akan berkontribusi pada pencapaian target Millennium Development Goals dan program nasional lainnya, seperti penurunan: angka kematian ibu, angka kematian anak, angka kejadian anemia adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi cerdas dan berprestasi.
Menkes menambahkan selain eliminasi malaria dan filaria, eradikasi frambusia juga merupakan prioritas regional diantara penyakit yang terabaikan (Neglected Tropical Disease) dan Indonesia merupakan penyumbang terbanyak kasus frambusia, sejumlah 18 dari 33 Provinsi melaporkan adanya kasus frambusia dan dalam 5 tahun terakhir dan 5 provinsi diantaranya merupakan daerah endemic tinggi yaitu NTT, Sulawesi tengah, Maluku, Papua dan papua Barat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai Eradikasi Frambusia pada tahun 2020 seperti: penyediaan air bersih, upaya edukasi dan pengobatan penderita.
“Permasalahan di NTT adalah kurangnya air bersih di daerah kantong Frambusia”, kata Menkes.
Menkes berharap, untuk mencapai sasaran pembangunan nasional diperlukan kerjasama dan sinergi seluruh sektor terkait, kemitraan strategis di Pusat dan di Daerah, dan dukungan seluruh lapisan masyarakat.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567 dan 081281562620, atau alamat e-mail info@depkes.go.id