Terkait kemunculan virus west nile (WNV) di Surabaya, Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC) Universitas Airlangga Surabaya menemukan pasien positif PCR WNV.
“Mereka masih akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan PCR dengan rantai basa yang lebih panjang, kultur jaringan dan antiflavi-virus,” kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, melalui e-mail kepada Pusat Komunikasi Publik (9/1).
Menurutnya, berdasarkan informasi dari TDDC yang meneliti WNV, kini semua pasien sudah sembuh. “Kami terus berkomunikasi intensif dengan TDDC dan kemungkinan surveilans selanjutnya”, tegasnya.
Munculnya virus ini patut menjadi kewaspadaan tersendiri bagi masyarakat luas. Masyarakat harus selalu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk menjaga kebersihan lingkungan.
“Masyarakat diingatkan untuk mengurangi risiko penularan melalui nyamuk. Caranya adalah menghindari paparan nyamuk dan menghilangkan daerah perindukan nyamuk”, kata Prof. Tjandra.
Selain itu, masyarakat dianjurkan untuk menghilangkan genangan air di sekitar rumah dan pastikan selokan mengalir lancar; mengganti air di bak mandi dan penampungan air, termasuk penampungan air minum hewan/burung; menggunakan celana panjang dan baju lengan panjang jika keluar rumah di waktu senja dan fajar, atau gunakan repellant anti nyamuk; serta menggunakan obat anti nyamuk semprot jika diperlukan, tambah Prof. Tjandra.
West Nile adalah penyakit yang disebabkan oleh west nile virus (WNV) dengan gejala : demam disertai sakit kepala, pegal-pegal, nyeri otot, mual dan muntah, diare atau ruam.
Kasus WNV pertama kali terjadi di Uganda, menyebar ke Israel, Amerika, Tunisia, Mesir, Amerika latin, Australia dan Eropa serta Asia Barat.
Sebagian besar orang yang terinfeksi WNV (70%-80%) tidak memperlihatkan gejala. Kurang dari 1% orang terinfeksi WNV dapat memperlihatkan gejala neurologis seperti ensefalitis atau meningitis. 10% kasus terinfeksi WNV disertai gejala neurologi dapat menyebabkan kematian.
Untuk mengendalikan penyakit dan mencegahannya, Kemenkes telah meningkatkan surveilans atau pengamatan terhadap kemungkinan munculnya kasus lainnya.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat email [email protected].