Jakarta, 17 Desember 2010
Penanggulangan Tuberculosis (TB) di Indonesia saat ini sudah lebih baik, hal ini terlihat dari peringkat negara dengan kasus TB terbanyak yang menurun menjadi urutan ke-5, sebelumnya urutan ke-3 (tahun 2007). Data tersebut berdasarkan laporan WHO Global Tuberculosis Control, Short Update to the 2009 report. Artinya insiden/kasus baru penyakit TB mengalami penurunan yang signifikan, tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008 sebanyak 429.730 kasus.
Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, saat temu media, 17 Desember 2010, di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, salah satu indikator Millenium Development Goals (MDGs) ke enam tentang Malaria, HIV, TB dan penyakit menular lainnya. Untuk mencapai target tersebut untuk program TB, indikator yang diukur yaitu angka kejadian, prevalensi, dan tingkat kematian akibat tuberkulosis, serta proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan dan diobati dalam program DOTS.
Beberapa hasil dan pencapaian program TB, menurut Prof. Tjandra Yoga Indonesia mengalami kemajuan yang cepat dengan penemuan kasus 69,8% (2007) dan 73,1% (2009). Sedangkan angka keberhasilan pengobatan sebesar 91% pada tahun 2008 (melebihi target global 85% selama 7 tahun terakhir). Target pencapaian angka penemuan kasus TB Paru Case Detection Rate (CDR) adalah 70%, dan tahun 2009 sudah mencapai 73,1%. Untuk target pencapaian angka keberhasilan pengobatan adalah 85%, tahun 2009 sudah 86,4%. Insiden TB Paru sejak tahun 1998 sampai tahun 2005 trennya menurun dan rata-rata penurunan insiden TB Paru positif tahun 2005-2007 adalah 2,4% (Global TB Control WHO Report 2008 dan 2009).
Mengenai temuan kasus TB dengan HIV, estimasi prevalensi berdasarkan WHO Global Reports 2009 yaitu 3% dari jumlah kasus TB menderita HIV. Untuk TB Multi Drugs Resistance (MDR), di Indonesia berada di urutan ke 8 dari 27 negara dengan kasus TB MDR terbanyak, ujar Prof. Tjandra Yoga.
Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, strategi pengendalian TB Nasional dilaksanakan dengan menerapkan strategi DOTS sejak tahun 1995 dengan 5 komponen kuncinya yaitu pertama, komitmen politis dengan pendanaan yang meningkat dan berkesinambungan. Kedua, penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. Ketiga, tatalaksana Pengobatan standar, melalui supervisi dan pengawasan. Ke empat, sistem manajemen logistik obat yang bermutu dan efektif. Dan kelima, sistem monitoring dan evaluasi, termasuk penilaian dampak dan kinerja program.
Sedangkan 6 (enam) komponen strategi dan implementasi Stop TB (WHO, 2006) yaitu pertama, mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan kualitas DOTS. Kedua, merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya. Ketiga, berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan. Ke empat, melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Kelima, memberdayakan pasien dan masyarakat. Dan ke enam, melaksanakan dan mengembangkan riset, Tambah Prof. Tjandra Yoga.
Prof. Tjandra Yoga memaparkan beberapa tantangan terbesar dalam pengendalian TB antara lain pengobatan yang masih membutuhkan waktu yang cukup lama (6 bulan), belum adanya vaksin untuk penyakit TB, dan ketidakteraturan minum obat bagi pasien sehingga kemungkinan terjadi MDR. Oleh karena itu, perlu penguatan manajemen program dan layanan serta adanya komitmen, respon dan keterpaduan perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Pusat Tanggap dan Respon Cepat (PTRC): 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail HYPERLINK “https://us.mc1126.mail.yahoo.com/mc/compose?to=puskom.publik@yahoo.co.id” \t “_blank” puskom.publik@yahoo.co.id, HYPERLINK “mailto:info@depkes.go.id”info@depkes.go.id, k HYPERLINK “mailto:ontak@depkes.go.id” ontak@depkes.go.id.