Sekitar 80 peserta yang antara lain terdiri dari 45 peserta dari 15 negara Asia Pasifik (negara anggota ASEAN, Australia, China, India, Jepang, dan Korea); perwakilan perusahaan multinasional dari berbagai sektor seperti keuangan, manufaktur, telekomunikasi, dan logistik; lembaga bantuan (aid agencies); serta fasilitator dan ahli dari tingkat nasional, regional dan global; mengikuti Global Health Security: Workshop and Table-Top Exercise di Jakarta. Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan untuk kerjasama di bidang keamanan kesehatan.
Menkes RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, Dr.PH, dalam sambutannya menjelaskan bahwa selama dua dekade terakhir, komunitas global menghadapi berbagai tantangan terkait penyebaran berbagai mikroorganisme yang menyebabkan berbagai kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular. Pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS (2002-2003) dan Pandemi Influenza H1N1 (2009) merupakan dua kejadian yang tidak hanya menyebabkan penderitaan masyarakat di berbagai negara yang terkena, tetapi juga menyebabkan hilangnya nyawa dan kerugian materi yang besar. Karena itu, diperlukan pendekatan menyeluruh dari masyarakat, termasuk keterlibatan dan dukungan sektor swasta, untuk mengurangi dampak buruk dari risiko situasi kedaruratan kesehatan tersebut.
Menkes menambahkan, selain penyakit menular dengan potensi epidemi atau pandemi, risiko dalam situasi kedaruratan kesehatan dapat berupa efek perubahan iklim yang berisiko kesehatan dan bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dengan atau tanpa tsunami, serta risiko kesehatan masyarakat akibat penyebaran radiasi nuklir, polusi kimia, kekurangan pangan, perang bahkan bio-terorisme.
Selanjutnya, dalam kaitan penanggulangan masalah Flu Burung, pemerintah melakukan pencegahan dan pengawasan program secara nasional karena berpotensi menimbulkan pandemi, melalui Kesiapsiagaan Pandemi Influenza Nasional dan Rencana Tindak Lanjut (2005). Selain itu, Pemerintah Indonesia juga membentuk Komisi Nasional Zoonosis, di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra), berdasarkan Perpres RI No. 30 tahun 2011, tegas Menkes.
“Mortalitas dan morbiditas akibat virus Avian Influenza (H5N1) memang relatif lebih kecil dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, tetapi ancaman flu burung terhadap keamanan manusia lebih besar. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan bahwa virus flu burung dapat bermutasi atau bahkan langsung melompat ke manusia dan memulai pandemi influenza”, ujar Menkes.
Apabila Pandemi Influenza terjadi, maka akan mempengaruhi semua negara di dunia. Sejumlah besar kematian akan terjadi, persediaan medis akan menjadi tidak memadai dan situasi sosial ekonomi akan terganggu. Karena itu, setiap negara harus siap, dan Indonesia tidak terkecuali, tambah Menkes.
Di samping itu, Indonesia bersama negara berkembang lainnya telah berhasil mewujudkan kerangka kerja yang telah disahkan dalam World Health Assembly (WHA) 2011, yaitu resolusi WHA64.5 tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza: Berbagi Virus dan Berbagi Vaksin serta Manfaat lainnya. Kerangka baru ini menjamin hak semua negara-negara berkembang untuk mendapatkan akses yang sama terhadap vaksin yang terjangkau, antiviral, dan kit diagnostic selama pandemi Influenza dan harus dibantu dalam meningkatkan kapasitas produksi vaksin mereka.
Keterlibatan dan dukungan sektor swasta dalam upaya kesiapsiagaan situasi kedaruratan kesehatan, khususnya dalam kesiapsiagaan pandemi influenza, sangat dibutuhkan. Pengembangan Bussiness Continuity Plan (BCP) akan membantu masing-masing perusahaan untuk bertindak cepat ketika terjadinya pandemi.
Global Health Security: Workshop and Table-Top Exercise dilaksanakan selama 3 hari, mulai 13-15 September 2011. Kegiatan workshop, memungkinkan peserta untuk terlibat dalam komunikasi lintas sektor mengenai risiko kesehatan masyarakat, dampak, dan pentingnya manajemen risiko; sharing informasi dari negara-negara yang telah berhasil mengurangi risiko dan ancaman kesehatan dalam situasi darurat kesehatan; serta mengidentifikasi masalah dan hubungan kerjasama lintas sektor yang akan dilakukan. Kegiatan Table-Top Exercise, dilakukan agar peserta dapat memahami kapabilitas dan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan masing-masing sektor dalam menghadapi situasi kedaruratan kesehatan, sehingga dapat terbentuk sebuah kerjasama menyeluruh secara konkrit.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, pejabat dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Perwakilan World Health Organization (WHO) Pusat, WHO South East Asia Regional Office (SEARO) dan Perwakilan WHO untuk Indonesia, berbagai lembaga internasional, dan perwakilan sektor swasta dari berbagai negara.