Menkes RI, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH bersama Menkes Inggris memimpin Round Table 1 “High level Meeting of the General Assembly on the Prevention and Control of Non Communicable Diseases (NCD)” pada 19 September 2011, di ruang ECOSOC Chamber, gedung PBB, New York. Menteri Kesehatan RI membuka dan memimpin sesi pertama, sementara Menteri Kesehatan Inggris memimpin sesi kedua dan menutup round table 1 tersebut.
Sejumlah pejabat penting berbagai negara menjadi pembicara dalam Round Table 1. Acara ditutup dengan pembacaan kesimpulan Round Table I oleh Menkes Inggris. yaitu insidens Penyakit Tidak Menular (PTM) berakibat pada naiknya beban ekonomi; peningkatan sumber daya di kesehatan sesuai perkembangan teknologi perlu dilakukan. Selain itu, pentingnya penanganan faktor risiko PTM; pentingnya memperhatikan social determinant of health; dan penanganan PTM harus bersifat multi sektoral, dimana penanganannya oleh seluruh pihak di pemerintahan.
Tercatat Menteri Kesehatan dan pewakilan dari 27 Negara menyampaikan statmen tentang PTM di negaranya. Selain itu, statment juga disampaikan oleh Wakil Presiden Bank Dunia, Asosiasi Makanan dan Minuman Internasional, Presiden International Olimpic Committee (IOC), World Medical Association,International Alliance of Patients Organization, International Union Against TB and Lung Disease, dan Harvard School of Public Health.
Presiden Nauru mengungkapkan PTM sebagai masalah kesehatan penting; PTM menghabiskan 5 juta dolar Australia (10% GDP); 10% dari anggaran negara untuk kesehatan, dan 50% diantaranya dihabiskan untuk menangani akibat PTM
Menteri Kesehatan Trinidad and Tobago memaparkan, berdasarkan data studi rumah sakit di negaranya, sekitar 40% pasien merupakan kasus kardiovaskuler dan 20 % adalah penyakit respirasi kronik; selain itu, pendekatan PTM tidak memberi hasil secara cepat.
Menteri Kesehatan Jamaika menghargai upaya PBB dan WHO dalam penanganan PTM. Seperti halnya negara lainnya, Jamaika tengah mengalami pergeseran epidemiologik dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Selain itu, PTM juga banyak diderita masyarakat miskin.
Menteri Kesehatan Belgia menjelaskan bahwa faktor sosioekonomi berperan penting dalam PTM.
Menteri Kesehatan Guyana menyatakan, sebenarnya penanganan dunia tentang PTM sedikit terlambat. Diungkapkan pula, tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk mengendalikan PTM; Peran pemasaran produk seringkali tidak sesuai apabila ditinjau dari segi kesehatan masyarakat dan industri; serta pentingnya dilakukan imunisasi PTM untuk kanker.
Perwakilan Kenya mengatakan, saat ini upaya kesehatan lebih banyak untuk penanganan penyakit menular. Selain itu, 50% Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit di negaranya merupakan pasien PTM; Perlu peningkatan sumber daya manusia untuk menangani PTM; Perlu peningkatan infrastruktur, khususnya diagnosis dan terapi; Perlunya upaya pencegahan; Penanganan masalah kemiskinan berpengaruh terhadap penanganan PTM; dan perlu dikombinasikan antara faktor sosioekonomi dan kesehatan dalam upaya penanganan PTM.
Perwakilan Rusia berkonsentrasi pada penanggulangan aspek buruk alkohol, dengan kampanye media yang terus digalakkan. Selain itu, menyoroti pula mengenai pentingnya Moscow Declaration 2010 dan aturan-aturan juga kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan rokok, pengaturan konsumsi garam, pengaturan diet , imunisasi HPV, dan lain sebagainya.
Perwakilan Irak memaparkan, PTM menjadi program nasional di negaranya; PTM dimasukkan ke MDG 6; dan saat ini berbagai kegiatan mengenai PTM banyak dilakukan di pelayanan kesehatan primer
Perwakilan Israel menyatakan kegiatan PTM termasuk koordinasi antar pelayanan, sudah dilakukan pemerintah sejak lama. Salah satunya, ada aturan larangan merokok di tempat umum yang diberlakukan sejak 1983. Selain itu, ada juga program anti obesitas, alkohol, penanganan garam, penanggulangan kanker seperti mammografi.
Perwakilan Thailand menyatakan, peningkatan PTM menghabiskan 4.5 Milyar US$ (2009) untuk menangani 4 PTM utama. Dalam 3 dekade terakhir, pemerintah Thailand melakukan berbagai aktifitas PTM, antara lain peran kader di desa dalam pola hidup sehat dan memperkenalkan program “Thai Health Life Style Policy”
Menteri Kesehatan Solomon Island menyebutkan 75% penyebab kematian di negaranya diakibatkan PTM. Ditambahkan, PTM harus ditangani dalam perspektif pembangunan berkelanjutan.
Perwakilan Filipina menyebutkan beberapa kasus PTM di negaranya yang mengalami peningkatan antara lain penyakit jantung (kardiovaskuler), diabetes melitus (DM), kanker dan penyakit respiratori kronik. Sementara itu, PTM lainnya adalah kesehatan jiwa, kesehatan mata, penyakit gigi dan mulut, serta dampak akibat cedera.
Perwakilan Selandia Baru menyatakan pentingnya riset berbasis bukti dan kegiatan multi agency baik di tingkat nasional, regional dan internasional
Menteri Kesehatan Suriname memaparkan, lebih dari 70% populasi penduduk negaranya kurang aktifitas fisik dan sekitar 30 diantaranya adalah perokok. Kerjasama internasional sangat diharapkan.
Mentei Kesehatan Chad menyatakan bahwa kardiovaskuler, DM dan kanker harus diperhitungkan karena dapat berhubungan dengan malnutrisi. Selain itu, peran laboratorium sangat diperlukan dalam upaya penanganannya.
Menteri Kesehatan India memfokuskan pada akses kesehatan bagi masyarakat miskin di negaranya; Kesehatan ibu, remaja perempuan dan anak dalam konteks PTM; Kesehatan jiwa pasca trauma kekerasan pada perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Menteri Kesehatan Barbados menyebutkan, saat ini kasus PTM ditemukan pada 20-25% populasi dan dapat meningkat menjadi 30% di 2025. Sejak 2 tahun lalu, Barbados sudah menetapkan larangan merokok di tempat umum.
Menteri Kesehatan Zimbabwe berpandangan, perlu dilakukan redefinisi PTM agar lebih baik dan lebih mendapat perhatian. Saat ini, telah terbentuk asosiasi HIV/AIDS dan PTM di negaranya.
Perwakilan Italia memaparkan masalah PTM pada manula; Pendekatan intersektoral; Pelibatan seluruh pemangku kepentingan, baik dlm pencegahan primer maupun sekunder. Selain itu, pentingnya akses kesehatan pada semua orang dan informasi pada semua populasi
Menteri Kesehatan Yaman mengatakan bahwa PTM adalah silent killer, karena di negara berkembang ada 9 juta anak meninggal sebelum usia 16 tahun karena PTM. Selain itu, perlu dilakukan refokus prioritas pada 4 penyakit PTM utama dan tangani faktor risiko; Perlu dilakukan integrasi data.
Menteri Kesehatan Kuwait menyatakan hingga saat ini di negaranya belum ada progam strategis, rencana aksi ataupun road map.
Perwakilan Nigeria memaparkan, di negaranya 150 ribu bayi lahir dengan sickle cell disorder setiap tahunnya dan 9.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas.
Perwakilan Meksiko menyatakan bahwa pemerintah memberi perhatian terhadap masalah PTM.
Menteri Kesehatan Republik Dominika menyatakan pentingnya quality of care untuk PTM. Saat ini, program penanggulangan di republik tersebut mengalami perubahan sifat, dari reaktif menjadi proaktif.
Menteri Kesehatan Gabon menjelaskan, pemerintah di negaranya sudah menyediakan tes diagnostik PTM secara gratis kepada masyarakat. Selain itu, dilakukan sosialisasi informasi tentang PTM kepada masyarakat melalui SMS.
Menteri Kesehatan Komoro menegaskan sudah ada kegiatan PBB tentang PTM yang dilakukan di Afrika.
Perwakilan Saint Lucia menyatakan PTM merupakan masalah penting di kawasan Karibia dan small island state.
Wakil Presiden Bank Dunia menyatakan bahwa PTM punya dampak besar pada pembangunan ekonomi, baik di tingkat individu dan keluarga; Dampak ekonomi PTM banyak pada negara berkembang; PTM berdampak pada usia kerja produktif; dan Akses pada pelayanan kesehatan tidak merata.
Asosiasi Makanan dan Minuman Internasional menyadari pentingnya peran mereka sebagai industri dalam penanganan PTM. Diharapkan, industri mampu menghasilkan produk yang lebih sehat, menyebarkan informasi-informasi kesehatan dan dapat terbentuk public-private partnership.
Presiden International Olympic Committe (IOC) menyatakan PTM bukan hanya masalah kesehatan, tapi global sosial, ekonomi.Permasalahan inaktifitas fisik dan kurang olah raga merupakan masalah dunia. Terkait dengan ini, Komite Medikal IOC sudah mengkaji dampak inaktifitas fisik terhadap kesehatan.
World Medical Association berpendapat, sebaiknya pemerintah tidak hanya berfokus pada 4 PTM utama (kardiovaskuler, DM, kanker, penyakit respiratori kronik), tetapi masukkan juga yang lain seperti penyakit jiwa, mata, cedera, gigi dan mulut, dan lain sebagainya. Selain itu, pentingnya social determinant of health dan primary health care.
International Alliance of Patients Organization menyatakan pentingnya peran semua sektor, termasuk masyarakat madani; keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan; dan Informasi. Selain itu, dibutuhkan time-table agar waktu pencapaian target penanggulangan PTM lebih jelas.
Internationl Union Against TB and Lung Diseases memaparkan tiga penyakit paru utama merupakan PTM, yaitu asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan kanker paru. Diperkirakan, saat ini terdapat 64 juta orang dengan PPOK, dan di 2030 akan jadi penyebab kematian ke tiga di dunia.
Harvard School of Public Health memaparkan hasil riset tentang Global Economic Burden bersama World Economic Forum bahwa empat PTM utama dan kesehatan jiwa dapat menghabiskan sampai 47 trilion US$ dalam dekade-dekade mendatang.