Minggu (27/11), Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dr. Ali Gufron Mukti menghadiri acara ”Hari Ulang Tahun ke-88 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” yang diperingati bersamaan dengan Hari Kesehatan Nasional (12 November) dan Hari AIDS Sedunia (1 Desember).
Dalam sambutannya Wamenkes mengatakan tema “Indonesia Cinta Sehat” dalam Peringatan Hari Kesehatan Nasional 2011 bermakna: masyarakat Indonesia cinta perilaku sehat, cinta lingkungan sehat, dan memiliki kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Seluruh komponen bangsa Indonesia siap bekerjasama untuk mewujudkan, meningkatkan, dan melakukan aksi nyata dalam meningkatkan perilaku sehat masyarakat, menjaga lingkungan yang sehat, selalu mengupayakan rakyat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil dan merata.
Wamenkes menyebutkan adanya kecenderungan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Hal ini berkat pelaksanaan pembangunan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan.
Indonesia juga dipercaya sebagai penyelenggara International Symposium on Getting to Zero New HIV Infections, Zero Discrimination, Zero AIDS-Related Deaths in ASEAN, di Bandung, Jawa Barat. Simposium ini digelar sehubungan dengan keberadaan Indonesia sebagai tuan rumah ASEAN Task Force on AIDS (ATFOA). Simposium Internasional ini sangat relevan dengan situasi HIV / AIDS di ASEAN.
Berbarengan pertemuan ATFOA dilaksanakan acara pra-peluncuran ‘AKU BANGGA AKU TAHU’. Peluncurannya dilaksanakan di bawah koordinasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang memasukkan peluncuran kampanye ini dalam acara puncak Hari AIDS Sedunia pada tanggal 27 November 2011, di Monas, Jakarta.
Ditambahkan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. Situasi geografis seperti ini menjadi tantangan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan yang adil bagi semua penduduk Indonesia, termasuk untuk menyediakan layanan HIV / AIDS. Indonesia merupakan salah satu dari negara Asia yang menjadi pendorong epidemi HIV/AIDS di Asia Tenggara.
Sejak tahun 2005 hingga September 2011, kasus HIV meningkat, sedangkan kasus AIDS relatif stabil. Peningkatan ini sebagai dampak dari kemudahan orang untuk mengakses layanan HIV-AIDS, sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis lebih dini untuk status HIV mereka.
Secara kumulatif kasus AIDS ditemukan lebih banyak pada laki-laki (64,9%) dibanding perempuan. Sementara pada kelompok umur, kasus AIDS paling banyak ditemukan pada rentang usia 20 – 29 tahun (45,5%). Hal ini menunjukkan, mereka terinfeksi HIV pada usia muda. Sementara angka kematian akibat AIDS mengalami penurunan sejak tahun 1987 (40%) sampai tahun 2011 (2,7%).
Meski telah banyak program dilakukan untuk mengendalikan HIV/AIDS, namun hasilnya belum optimal. Beberapa penyebabnya antara lain, masih terbatasnya pengetahuan masyarakat umum tentang HIV/AIDS; masih rendahnya kesadaran penggunaan kondom dalam hubungan seks berisiko tinggi, mesih terjadi stigmatisasi dan diskriminasi; masih rendahnya cakupan preventing mother to child transmission (PMTCT); masih sulitnya menjangkau pelaksanaan penanggulangan HIV/ program IMS di penjara, daerah perbatasan dan terpencil; serta rendahnya partisipasi masyarakat, lembaga keagamaan, organisasi sosial, dan orang yang terkena HIV, kata Wamenkes.
“Pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius terhadap masalah HIV/AIDS. Kementerian Kesehatan telah merespon epidemi HIV/AIDS pada tahun 1986, sebelum kasus AIDS pertama dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987. Pemerintah juga melibatkan LSM untuk melakukan program untuk mengontrol pencegahan HIV. Pemerintah juga telah menetapkan Rencana Aksi dalam Rencana Strategis 2010-2014 untuk program kesehatan lingkungan, termasuk HIV/AIDS dan IMS dengan alokasi anggaran yang juga lebih besar.
Pemerintah senantiasa meningkatkan pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS di kalangan penduduk berusia 15-24 melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Sasaran KIE terutama pada kelompok berisiko tinggi. Kegiatan ini melibatkan 5 kementerian yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sosial. Selain itu, dilakukan pula upaya meningkatkan penggunaan kondom dalam hubungan seks berisiko tinggi.
Kementerian Kesehatan mendorong Pemerintah Daerah untuk merancang peraturan tentang pencegahan HIV/AIDS, khususnya pencegahan dalam hubungan seks berisiko tinggi.
“Saat ini telah mencakup 17 provinsi dan 67 kabupaten di Indonesia”, ujar Wamenkes.
Dalam kesempatan tersebut, Wamenkes berharap RSUP Dr. Hasan Sadikin dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan di RS yang prima, efisien, terjangkau serta berorientasi pada pelanggan dengan penuh rasa tanggung jawab.
“Semoga di hari jadi yang ke-88 ini, RSUP Dr. Hasan Sadikin dapat terus meningkatkan pelayanan yang aman, berkualitas serta terjangkau bagi masyarakat luas”, harap Wamenkes.
Wamenkes mengimbau kepada RSU Dr. Hasan Sadikin sebagai RS Pendidikan, terutama Sumber Daya Manusia di rumah sakit untuk bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan etika dan standar profesi masing-masing.