Hari ini (12/12/11), Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, bersama Colin Crooks, perwakilan European Union (EU), menyaksikan Serah Terima Ruang Isolasi Lengkap RSU Kabupaten Tangerang. Penyerahan disampaikan perwakilan WHO Representative for Indonesia, Dr. Khancit Limpakarnjanarat kepada Direktur RSU Kabupaten Tanggerang, Dr. H.MJN. Mamahit, SpOG, MARS.
Turut hadir dalam acara ini, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS; Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, dr. H. Chairul Rajab Nasution, Sp.PD, KGEH, FINASIM, M.Kes; Representative of the Organization for Economic Cooperation and Development, European Union, Peter Maher; Project Centre Manager United Nations Office for Project Services (UNOPS), Bryan Taylor; dan Sekretaris Daerah Provinsi Banten, Ir. H. Muhadi, MSP beserta jajaran pemerintah derah lainnya; serta para Direktur dari 10 Rumah Sakit Rujukan Flu Burung.
Pada kesempatan tersebut Menkes menyatakan, tahun 2007, European Union (EU) melalui World Health Organization (WHO) menyalurkan dana bantuan untuk Pengendalian Flu Burung di Indonesia, melalui kerjasama dengan Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2008, Kementerian Kesehatan mengusulkan pembangunan ruang isolasi di beberapa rumah sakit, dimana pembangunan ruang isolasi tersebut merupakan bagian dari komponen peningkatan manajemen penyakit dalam rangka penanggulangan Flu Burung.
Menurut Menkes, pembangunan ruang isolasi dilakukan di 10 Rumah Sakit rujukan Flu Burung, yaitu RSUP Persahabatan; RSPI Sulianti Saroso; RSPAD Gatot Subroto; RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado; RSUD Dr. Soetomo, Surabaya; RSUD Dr. Moewardi, Solo; RSUD Ulin, Banjarmasin; RSUD Dr. Abdoel Moeloek, Lampung; RSUD Gunung Jati, Cirebon dan RSUD Tangerang. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 414/Menkes/SK/IV/2007 tanggal 10 April 2007, telah ditetapkan 100 rumah sakit rujukan penanggulangan Flu Burung. Pemilihan 10 (sepuluh) rumah sakit ini adalah dengan mempertimbangkan endemisitas daerah tersebut terhadap kasus Flu Burung.
“Saat ini, yang sudah siap untuk diserahterimakan baru 2 rumah sakit, yaitu RSUD Tangerang dan RSUP Persahabatan. Delapan rumah sakit lainnya akan diserahterimakan setelah selesai pembangunannya”, ujar Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes memaparkan bahwa kasus flu burung pada manusia untuk pertama kalinya dilaporkan di Indonesia, berasal dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten (2005). Sejak itu pula kasus flu burung mulai dilaporkan dari berbagai Provinsi lainnya. Hingga saat ini, 53 kabupaten/kota di 13 provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus flu burung pada manusia. Meskipun dari tahun ke tahun jumlah kasus flu burung di Indonesia cenderung menurun, namun sampai dengan bulan November 2011, terdapat 182 kasus flu burung positif dan 150 orang atau 82,42% di antaranya meninggal dunia. Tiga provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
“Faktor risiko penularan flu burung kepada manusia adalah kontak langsung dengan unggas, kontak dengan lingkungan yang tercemar virus flu burung, dan konsumsi unggas atau produk unggas yang tidak dimasak sempurna”, tandas Menkes.
Menkes menegaskan, hingga saat ini belum ditemukan bukti adanya penularan virus flu burung atau Avian Influenza H5N1 dari manusia ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi jika virus Avian Influenza H5N1 mengalami re-assortment dengan virus Influenza lain yang biasa menyerang manusia. Keadaan ini yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan virusvinfluenza menyebar secara cepat dan berpotensi menimbulkan pandemi influenza.
Untuk mengantisipasi Pandemi Influenza, Menkes menjelaskan, Kementerian Kesehatan bersama lintas sektor terkait telah melakukan berbagai langkah, yaitu: Penerbitan pedoman; Pelatihan tenaga kesehatan; Pengembangan manajemen logistik; Desktop simulation; Simulasi penanggulangan epicentre, dan Business continuation plan. Di samping itu, sarana laboratorium diagnosis influenza diperkuat dengan pengembangan jejaring laboratorium di seluruh Indonesia; pembangunan laboratorium BSL3 di Badan Litbangkes dan pengembangan WHO Influenza Collaborating Center Human and Animal Interface.
“Di tingkat global, Indonesia bersama negara berkembang lainnya berhasil memperjuangkan diterimanya Framework of Pandemic Influenza Preparedness : Sharing of Viruses and Access to Vaccines and Other Benefits pada Majelis Kesehatan Sedunia Ke-64 tahun 2011 di Jenewa”, tambah Menkes.
Pengendalian flu burung pada manusia diprioritaskan pada penurunan jumlah kasus dan kematian dengan deteksi dini serta pengobatan segera; surveilans epidemiologi; dan penyuluhan kepada masyarakat.
“Kasus flu burung memerlukan tindakan dan perawatan khusus di rumah sakit. Karena itu, diperlukan adanya rumah sakit rujukan flu burung yang diharapkan selalu siap siaga, baik dari segi SDM, sarana prasarana, maupun peralatan kesehatan.”, ujar Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes berpesan, terpeliharanya ruang isolasi beserta peralatan dan kesiapan tenaga kesehatan yang melayaninya sangat penting agar rumah sakit selalu siap mengantisipasi masuknya kasus flu burung untuk dirawat, kasus emerging infectious diseases, dan kasus penyakit menular berpotensi wabah lainnya.