Masalah gizi tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi mencakup sebagian besar belahan dunia, sehingga masalah ini disebut sebagai masalah global. PBB menyerukan agar pendekatan perbaikan gizi di setiap negara harus terbukti cost effective, mengedepankan kerjasama lintas sektor baik pemerintah maupun non pemerintah, dan memfokuskan intervensi 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu selama janin dalam kandungan sampai berusia 2 tahun.
Demikian sambutan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, saat menyampaikan Keynote Speech ‘Seminar Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012’ yang diselenggarakan organisasi Pergizi, di Jakarta (18/1). Seminar ini diselenggarakan sebagai rangkaian peringatan Hari Gizi Sedunia dan Hari Gizi Nasional tanggal 25 Januari. Turut hadir pada acara tersebut, Pejabat dari Kementerian Pertanian, Pejabat dari Kementerian Perindustrian, Ketua Organisasi Profesi, Pimpinan Perguruan Tinggi dan Mahasiswa.
Menkes mengatakan, pada bulan September 2011 telah menghadiri acara Scaling-Up Nutrition Movement yang diadakan United Nation (UN) General Assembly di New York.
“Kami telah mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal UN dan menyampaikan kesanggupan bergabung dalam gerakan Scaling-Up Nutrition. Tantangan ke depan adalah meningkatkan intensitas keterlibatan masing-masing sektor termasuk untuk melakukan perbaikan gizi sesuai tugas pokok dan fungsinya” terang Menkes.
Menkes menyatakan, Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro. Defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat, gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi, telah ada perbaikan. Masalah gizi mikro lainnya seperti Zink, Kalsium, Phosphor, dan beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau.
“Selain masalah kekurangan gizi, perhatian dunia juga tertuju pada masalah stunting (pendek) anak Balita. Pada tahun 2007, 36,8% Balita Indonesia tergolong stunting. Tahun 2010, kondisi membaik menjadi 35,6%. Target RPJMN 2014 adalah sebesar 32%,” jelas Menkes.
Menkes menyampaikan, tantangan besar dalam hal stunting adalah adanya korelasi yang kuat antara pendapatan dengan prevalensi stunting. Pada keluarga kaya ada 26,9% anak Balita stunting sedangkan pada keluarga miskin jumlahnya hampir 2 kali lipat yaitu 47%.
“Masalah lain dalam bidang gizi yaitu meningkatnya prevalensi Balita gemuk. Saat ini sebesar 14,2% anak Balita kategori gemuk, lebih tinggi dari anak Balita kategori kurus yaitu 13,3%. Bahkan pada usia dewasa kegemukan makin meningkat mencapai 21,7%,” tambah Menkes.
Menkes menjelaskan, di balik perilaku konsumsi gizi yang baik terdapat faktor penting yaitu produksi dan distribusi makanan yang erat kaitannya dengan pertanian, perindustrian, perdagangan, dan juga Pengawasan Obat dan Makanan.
Melalui pelaksanaan aksi pangan dan gizi oleh multi sektor dan melibatkan semua pemangku kepentingan maka perbaikan gizi akan makin efektif. Dengan begitu, laju perbaikan gizi ke depan akan lebih cepat dari laju perbaikan gizi 20 tahun terakhir ini yaitu telah menurunkan prevalensi gizi kurang pada Balita dari 31% tahun 1990 menjadi 17,9% tahun 2010.
Pada kesempatan tersebut Menkes mengajak seluruh pemangku kepentingan baik di pemerintahan, lembaga internasional, LSM, Profesi, Perguruan Tinggi, dan sebagainya untuk melakukan pengarus utamaan perbaikan pangan dan gizi dalam setiap kebijakan dan diikuti oleh implementasi yang baik serta evaluasi yang tepat.
Seminar mengangkat topik-topik diantaranya Essential Fatty Acids, health and development; Kebijakan dan program pangan, gizi dan kesehatan; Mewujudkan gizi seimbang; dan Fortifikasi pangan sebagai strategi menuju gizi seimbang.
Seminar dilanjutkan dengan peluncuran Institut Gizi Indonesia dan IWG-MIYCN; Penyerahan penghargaan BHAKTI PERGIZI, Penyerahan penghargaan inovasi produk peduli gizi (PEDULI GIZI).
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili: 52960661 / 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567 dan 081281562620, atau alamat e-mail info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id.