Kesehatan remaja merupakan salah satu parameter penentu keberhasilan pembangunan bangsa. Para remaja merupakan generasi muda, penerus bangsa, pewaris negara serta tumpuan harapan keluarga dan masyarakat. Kementerian Kesehatan memberikan perhatian khusus terhadap para remaja dan sangat mengharapkan agar generasi muda Indonesia dapat berkembang menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di tataran global.
Hari ini, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, membuka secara resmi seminar “Aku dan Temanku, Bisa Jadi Remaja Gaul Sehat” yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2012 di Jakarta (13/7). Turut hadir dalam kegiatan tersebut Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kemenkes RI, Dr. dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M.Kes; Direktur Kesehatan Anak, dr. Kirana Pritasari, MQIH; para narasumber, yaitu dr. Arietta Poesponegoro, Sp.OG dan Dra. Ami Siamsidar, Msi; Dik Doank; serta sejumlah 220 orang siswa dan guru perwakilan dari 22 sekolah di DKI Jakarta.
“Remaja memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan sesuai perkembangannya”, ujar Menkes
Pada kesempatan tersebut, Menkes melakukan dialog bersama para remaja yang hadir dalam kegiatan tersebut, mendengarkan pernyataan para remaja yang berkaitan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2012.
“Remaja masih disebut anak, karena menurut UU Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002, anak adalah semua yang berusia 18 tahun (termasuk yang masih dalam kandungan). Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Tetapi ingat, dimana ada hak, maka terdapat tanggung jawab”, terang Menkes.
Menkes juga mencermati kemajuan teknologi informasi di era globalisasi yang dapat mempengaruhi nilai-nilai budaya. Para remaja dapat mengakses informasi yang berdampak positif maupun negatif bagi kehidupannya. Selain itu, Menkes juga memberikan perhatian atas maraknya perilaku kekerasan pada anak juga di kalangan pelajar.
“Siapa yang bisa melindungi kalian? Sebenarnya, perlindungan yang terbaik adalah oleh diri kalian sendiri dan temanmu yang terdekat. Teman yang baik adalah yang membuat kita lebih baik dan kita saling membantu untuk menjadi lebih baik. Sebagian besar remaja memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dari kelompok sebaya. Mereka lebih sering melakukan curhat pada teman sebayanya, bukan kepada guru atau orang tua mereka”, kata Menkes.
Karena itu, Kementerian Kesehatan juga melakukan pendekatan ke masyarakat melalui jalur Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (Puskesmas PKPR). Di Puskesmas PKPR, dikembangkan program konselor sebaya (peer counselor). Sebagai konselor sebaya, para remaja menjadi jembatan antara remaja dengan orang tua, guru dan tenaga kesehatan, untuk dapat memberikan informasi kesehatan yang benar dan membantu teman sebaya yang mempunyai masalah kesehatan. Dengan cara ini, diharapkan para remaja yang mempunyai masalah dapat mencari jalan keluar dari orang tua, guru atau tenaga kesehatan. Bukan mencari solusi pada teman sebaya yang mungkin memberikan informasi yang tidak bertanggung jawab.
Menjawab pertanyaan media seputar pacaran yang sehat, Menkes mengatakan bahwa pacar yang baik adalah seseorang yang dapat membuat kita lebih baik, menjadi calon istri atau suami yang baik nantinya.
“Hubungan pacaran yang tidak sehat sangat berisiko terhadap infeksi penyakit kelamin atau HIV/AIDS. Ada yang memang tidak terinfeksi penyakit, tetapi berisiko Kehamilan yang tidak Dikehendaki (KTD). Inilah pentingnya pengetahuan tentang pacaran yang sehat. Sebaiknya jangan ada pacaran kalau ujung-ujungnya hubungan seks berisiko”, jelas Menkes.
Menkes juga menyatakan, selain dibekali pengetahuan, remaja harus ada penguatan secara agama dan moral secara utuh untuk bisa memberikan kekuatan iman dan mental generasi muda untuk menjauhi perilaku berisiko. Karena itu, Menkes mengharapkan keluarga dapat membekali anak-anak dengan nilai-nilai panutan, tuntunan yang baik, dan life skill sehingga anak-anak kita dapat memilih kegiatan positif yang bermanfaat bagi kehidupan mereka dan menghindari pergaulan yang berdekatan dengan perilaku berisiko. Di sisi lain, masyarakat hendaknya juga ikut berperan dalam memastikan generasi muda kita mendapat informasi yang sehat dan benar.
“Karena itu, kepada para remaja Indonesia, carilah teman yang senantiasa membuat kamu lebih baik, dan jadilah teman yang baik bagi teman-temanmu”, tambah Menkes.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak (GKIA) Kemenkes RI, Dr. dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M.Kes, mengatakan bahwa seminar “Aku dan Temanku, Bisa Jadi Remaja Gaul Sehat” merupakan salah satu dari tiga seminar yang diselenggarakan Kemenkes dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2012. Materi yang akan disajikan pada seminar tersebut, yaitu “Pacaran Sehat… Kenapa Enggak!” oleh Dr. Arietta Poesponegoro, SpOG, dan “Bergaul Tanpa Harus Kehilangan Jati Diri” oleh Dra. Ami Siamsidar Budiman, M.Si.
“Penyelenggaraan seminar dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan kesehatan jiwa di kalangan remaja. Karena itu, tujuan penyelenggaraan seminar adalah untuk meningkatkan pengetahuan orang tua, anak dan pendidik tentang hak anak, agar dapat memelihara kesehatan secara optimal dan mampu mengembangkan potensi anak”, ujar Dirjen GKIA.
Dalam rangka memperingati HAN 2012, Kemenkes berpartisipasi dengan melaksanakan tiga seminar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui tiga topik dengan sasaran anak balita, remaja dan anak penyandang disabilitas. Sebelumnya, telah diselenggarakan seminar “Stimulasi Perkembangan Anak Melalui Permainan” pada Kamis (12/7) yang dihadiri oleh ibu-ibu Dharma Wanita Kemenkes RI. Sementara itu, seminar “Potensi Dibalik Keterbatasan Anak” akan diselenggarakan pada Sabtu (14/7).
Peringatan HAN dilaksanakan di tingkat nasional dan daerah dengan tujuan agar semua lapisan masyarakat menyadari akan pentingnya pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan dan perlindungaan anak Indonesia.Penyelenggaraan HAN tiap tahunnya dilaksanakan secara koordinatif di berbagai tempat dan lintas kementerian dimana kepanitiaannya dilakukan secara bergantian oleh 9 kementerian dibawah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penyelenggaraan HAN 2012 diketuai Kementerian Agama, dengan mengambil tema “Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak” dan sub tema “Saya Anak Indonesia Beriman, Jujur, Cerdas, Sehat, Berakhlak Mulia dan Berprestasi”. Puncak peringatan HAN akan diselenggarakan tanggal 18 Juli 2012 di Taman Mini Indonesia Indah.
Masalah kesehatan pada anak usia sekolah berbeda-beda menurut kelompok umurnya. Pada siswa Sekolah Dasar (SD), masalah kesehatan terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang belum diterapkan dengan baik, seperti masalah kecacingan, kesehatan gigi mulut dan anemia. Sementara itu, pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA), masalah kesehatan yang dihadapi terkait dengan pengetahuan kesehatan yang kurang dan perilaku berisiko, seperti merokok dan pacaran tidak sehat. Selain itu, masalah lain yang dihadapi yaitu terjadinya pernikahan pada usia dini (15-19 tahun). Pasangan remaja yang menikah usia dini berisiko tinggi, karena dapat menyebabkan kematian perinatal, neonatal dan bayi, kematian ibu saat melahirkan, serta memiliki kemungkinan melahirkan bayi yang pendek (stunting).
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC):500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail [email protected].