Suasana haru menyelimuti upacara pemakaman ala militer, Almarhum Soewardjono Soerjaningrat, Menkes RI selama dua periode (1978–1988) di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta (21/8). Upacara pemakaman dipimpin langsung Menkes dr. Nafsiah Mboi. Hadir pada upacara tersebut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar, BJ. Habibie, keluarga almarhum, teman, dan para pejabat tinggi negara lainnya.
Berbagai catatan sejarah keberhasilan pembangunan kesehatan berhasil ditelurkan almarhum semasa hidupnya. Sebagian program kerjanya tahun 1978–1983 adalah melanjutkan kebijakan menteri sebelumnya seperti merealisasikan rencana pembentukan Puskesmas di seluruh kecamatan dan melanjutkan pembangunan infrastruktur kesehatan nasional. Almarhum Soewardjono menggabungkan berbagai pos pelayanan kesehatan di desa menjadi posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) sehingga memudahkan koordinasi dan mencegah tumpang-tindih program kerja antarpos pelayanan kesehatan yang ada di desa-desa. Ia juga mendirikan lembaga PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) yang difungsikan sebagai penggerak utama program berperilaku sehat.
Sejumlah kerja sama lintas sektoral juga diciptakan almarhum Soewardjono untuk menyukseskan program imunisasi nasional untuk TBC paru, campak, radang tenggorokan dan polio. Untuk melestarikan hasil imunisasi tersebut, Almarhum mendorong masyarakat menciptakan pola hidup sehat.
Pada 1980, Almarhum Soewardjono Soerjaningrat menggagas perlunya merumuskan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menjadi falsafah dasar dan dapat memberi arah pembangunan kesehatan di Indonesia. Melalui SKN, upaya kesehatan yang semula berupa penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur berkembang ke arah kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh penduduk dengan peran serta masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Kinerja Soewardjono selama memimpin Departemen Kesehatan dipandang baik oleh Presiden Soeharto sehingga ia diangkat kembali sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet Pembangunan IV periode berikutnya. Pada masa jabatan kedua (1983-1988), Almarhum Soewardjono memulai gerakan antirokok. Kebijakan itu, tentu saja, ditentang produsen rokok dan petani tembakau serta berbagai pihak yang memperoleh keuntungan dari perdagangan rokok. Secara terbuka, ia mengampanyekan gerakan antirokok karena dapat merugikan kesehatan.
Almarhum Soewardjono Soerjaningrat, wafat pada 21 Agustus 2012 di Rumah Sakit Puri Cinere, Depok, dalam usia 89 tahun. Almarhum yang lahir di Purwodadi tanggal 3 Mei 1923, merupakan kerabat kraton Paku Alam. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran, almarhum Soewardjono berkarier sebagai anggota TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat). Pada 1946, mengepalai Bagian Organisasi/Perencanaan Resimen VI Cikampek /Divisi Siliwangi Jawa Barat. Empat tahun kemudian almarhum bertugas sebagai staf medis RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) di Jakarta. Soewardjono bertugas di RSPAD selama 8 tahun. Pada 1958 dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan ini diangkat menjadi Kepala Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Dustira di Cimahi, Jawa Barat. Tiga tahun kemudian diangkat sebagai Kepala BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), suatu lembaga pemerintah nondepartemen yang bertugas melaksanakan program keluarga berencana yang dirintis PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) sejak 1957.
Pada 1968 Presiden Soeharto memerintahkan Menteri Kesejahteraan Rakyat untuk merumuskan kembali rencana pembentukan keluarga berencana sesuai dengan deklarasi PBB mengenai kependudukan dunia. Menteri Kesejahteraan Rakyat segera membentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berncana Nasional) diketuai Ny. H. Roesiah Sardjono, SH. Presiden Soeharto membubarkan LKBN dan membentuk BKKBN dan menunjuk almarhum Soewardjono sebagai Kepala BKKBN yang pertama selama dua belas tahun. Sejak 1978 jabatan Kepala BKKBN dirangkapnya dengan jabatan Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan maupun kemudian sebagai Menteri Kesehatan. Ia melepaskan Kepala BKKBN pada 1982, setahun menjelang Kabinet Pembangunan III berakhir. Di bawah pimpinan Soewardjono, program Keluarga Berencana mengalami kemajuan pesat sehingga pemerintah Indonesia dinilai sangat berhasil dalam mengendalikan jumlah pertambahan penduduknya.
Dua bintang penghargaan dianugerahkan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada almarhum, yakni Bintang Mahaputera Utama III pada 1977 dan Bintang Mahaputera Adipradana II pada 1982. Tiga tahun kemudian memperoleh penghargaan dari President World Health Assembly WHO di Jenewa, Swiss. Pada 1986 ia diangkat menjadi President World Health Assembly.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili 021-52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) <kode lokal> 500567 dan 081281562620 (sms), atau alamat e-mail kontak@depkes.go.id.