Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat untuk CERDIK dalam mengendalikan Penyakit Tidak Menular (PTM). Mari menuju masa muda sehat, hari tua nikmat tanpa penyakit tidak menular dengan perilaku CERDIK.
CERDIK adalah slogan kesehatan yang setiap hurufnya mempunyai makna yaitu; C=Cek kesehatan secara berkala, E=Enyahkan asap rokok, R=Rajin aktifitas fisik, D=Diet sehat dengan kalori seimbang, I=Istirahat cukup dan K= Kelola stress. Perilaku CERDIK ini dapat diterapkan melalui kegiatan Posbindu PTM.
Ajakan tersebut disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang diwakili oleh Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes, pada acara Pengobatan Gratis dan Bhakti Sosial di SMKN 36 Kampung Belah Kapal, Cilincing Jakarta Utara (9/12/12).
Data dari WHO Global Report on NCD, 2010 menyebutkan bahwa persentase kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) menempati proporsi yang besar (63%) dibanding dengan penyakit menular. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, berdasarkan data WHO Global Observatory 2011, menunjukkan bahwa proporsi kematian kasus karena penyakit tidak menular adalah lebih besar dibanding penyakit menular.
Indonesia menghadapi transisi epidemiologi dalam masalah kesehatan, dimana penyakit menular belum dapat teratasi, sementara penyakit tidak menular, termasuk penyakit Asma cenderung meningkat.
Dari data SKRT 1995-2001, Riskesdas 2007, di Indonesia, kecenderungan kematian kasus karena penyakit menular menunjukkan penurunan, tetapi kasus kematian karena penyakit tidak menular terus meningkat. Data penyebab kematian menunjukkan bahwa penyakit tidak menular mendominasi 10 urutan teratas penyebab kematian pada semua kelompok umur. Penyakit saluran pernapasan yang menyebabkan kematian terbesar adalah Tuberculosis (7,5%) dan Lower Tract Respiratory Disease (5,1%). Data Riskesdas 2007 dan 2010 menyebutkan bahwa angka kesakitan penyakit respirasi terbesar adalah penyakit Asma (3,5%).
Risiko penyakit tidak menular sebenarnya dimulai sejak awal dari dalam kandungan sampai usia dewasa. Oleh sebab itu strategi pengendalian penyakit tidak menular termasuk Asma seharusnya dilakukan sejak janin dalam kandungan. Salah satu faktor risiko yang harus mendapat perhatian besar adalah bahaya rokok terhadap kesehatan. Menurut Global Youth Tobacco Survey, terjadi peningkatan perokok remaja cukup signifikan yaitu 2 kali lipat selama kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu tahun 2006 sampai 2009. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2001 dan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, terjadi peningkatan perokok pada kelompok usia 10-14, dari 9,5% (SUSENAS 2001) menjadi 17,5% (RISKESDAS 2010). Peningkatan hampir dua kali lipat. Data Global Adult Tobacco Survey Tahun 2011 menunjukkan prevalensi perokok usia 15 tahun keatas sangat tinggi. Perokok laki-laki adalah 67,4% dan wanita 2,7%. Sementara dari beberapa survei diketahui, 78,4% orang dewasa terpapar asap rokok dalam rumah.
Program prioritas Kementerian Kesehatan dalam pengendalian PTM mencakup: akselerasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR), pengendalian faktor risiko PTM secara terintegrasi berbasis kelompok masyarakat aktif (Posbindu PTM), deteksi dan tindak lanjut dini penyakit tidak menular termasuk Asma, dan tatalaksana kasus di fasilitas pelayanan kesehatan dasar yaitu Puskesmas. Posbindu PTM merupakan kegiatan deteksi dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM.
Kebijakan Nasional Pengendalian Asma telah dikembangkan sejak tahun 2006, untuk pengendalian kasus melalui pengembangan jejaring kemitraan di antara sesama pemangku kepentingan terkait. Sejak tahun 2008 dikembangkan suatu prosedur pendekatan praktis yang terintegrasi dalam penyakit paru (Practical Approach to Lung Health/ PAL) bagi penderita dengan gejala gangguan saluran pernapasan yang berusia di atas 5 tahun (Asma, pneumonia, TB dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis/PPOK). Saat ini, Puskesmas di DKI Jakarta, telah menerapkan pendekatan ini dalam melayani penyakit Asma.
Masalah kesehatan tidak akan dapat diselesaikan oleh sektor pemerintah saja, untuk mengatasinya diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan organisasi masyarakat, para ahli, dan masyarakat pada umumnya. Kementerian Kesehatan mengapresiasi keterlibatan organisasi masyarakat seperti Yayasan Penyantun Anak Asma Indonesia (YAPNAS).
Acara bakti sosial ini diselenggarakan atas kerjasama YAPNAS dengan Kementerian Kesehatan RI. Dalam acara tersebut Kementerian Kesehatan menyerahkan bantuan 6 paket Posbindu. Diharapkan Posbindu PTM yang merupakan kegiatan deteksi dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM termasuk Asma dapat dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat aktif seperti YAPNAS Suddhaprana, diharapkan pula setiap Puskesmas mampu melayani masalah penyakit tidak menular termasuk Asma.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail kontak@depkes.go.id.