Kebutaan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Diperkirakan 1,5% penduduk Indonesia, sekitar 3,6 juta mengalami kebutaan dengan penyebab utama: katarak, glaukoma, kelainan refraksi, gangguan retina, kelainan kornea, dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut. Mengutip data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2011 menunjukkan bahwa jumlah pasien rawat jalan untuk penyakit mata adalah 672.168. Berdasarkan data tersebut, dilaporkan pula jumlah gangguan refraksi (198.036), katarak (94.582), dan glaukoma (25.176).
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada kegiatan Peresmian Gedung Poliklinik 4 lantai, Paviliun, Cicendo Lasik Center dalam rangka Peringatan HUT ke-104 di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Sabtu pagi (12/1). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Dirjen Bina Upaya Kemenkes RI, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS; Direktur Utama RS Mata Cicendo, dr. Hikmat Wangsaatmadja, SpM(K), M.Kes, MM; Perwakilan Serikat Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Ina Ali Ghufron dan Evy Amir Syamsudin; serta Istri Gubernur Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan.
“Data ini didapatkan dari laporan rumah sakit, oleh karena itu angka-angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang datanya dikumpulkan di masyarakat”, terang Menkes.
Menkes mencontohkan, prevalensi katarak menurut hasil Riskesdas 2007 adalah sebesar 1,8% atau sekitar 1,7 juta orang, lebih tinggi dibandingkan dari laporan rumah sakit, yaitu 94.582.
Untuk mengatasi permasalahan gangguan penglihatan di dunia, WHO pmencanangkan komitmen global Vision 2020: the Rigth to Sight pada 30 September 1999. Komitmen ini ditindaklanjuti Indonesia melalui pencanangan Vision 2020: The Right to Sight pada 15 Februari 2000 oleh Presiden RI saat itu, Megawati Soekarnoputri.
Secara tegas, Menkes mengatakan bahwa untuk mencapai visi Mata Sehat tahun 2020, Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Promosi kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat tentang pentingnya peran mata sehat; Penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di masyarakat secara dini; Pemerataan pelayanan mata yang bermutu dan terjangkau; serta Kemitraan dengan masyarakat dan pihak terkait baik dari dalam maupun luar negeri.
Penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia didukung oleh pelayanan kesehatan mata di Rumah Sakit, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Puskesmas, dan Klinik.
“Dewasa ini ada 12 rumah sakit khusus mata yang tersebar di 9 propinsi dengan Pusat Rujukan Nasional yaitu Rumah Sakit Mata Cicendo”, tambah Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes memberikan apresiasi kepada RS Mata Cicendo karena telah banyak berperan dalam menanggulangi kebutaan di Indonesia. Menkes merasa bangga bahwa sebagai RS khusus mata milik pemerintah yang ditetapkan sebagai Pusat Mata Nasional (PMN) sejak 16 Januari 2009 tersebut, kini telah mampu melaksanakan prosedur Laser Assisted In Situ Keratomileusis (LASIK) yang modern dan banyak digemari masyarakat dengan kelainan refraksi. Selain berorientasi pada upaya pelayanan kesehatan indera penglihatan, PMN RS Mata Cicendo juga merupakan sebagai wahana pendidikan dan penelitian penyakit dan kelainan mata di Indonesia. Sejak didirikan pada 3 Januari 1909, hingga kini RS Mata Cicendo telah mendapatkan Akreditasi 12 Pelayanan.
“Cicendo Lasik Center diharapkan dapat menambah daya tarik masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri, terhadap salah satu layanan unggulan RS Mata Cicendo (medical tourism)”, kata Menkes.
Dalam sambutannya, Menkes berpesan bahwa Rumah Sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti-diskriminasi, efektif, efisien dan berorientasi pada keselamatan pasien. Menkes juga menyatakan pimpinan Rumah Sakit harus membuka wawasan dan berfikir global dalam rangka meningkatkan persaingan dan menjawab tantangan global. Sebagai RS UPT Vertikal, manajemen harus mulai mempersiapkan agar RS Mata Cicendo bisa menjadi World Class Hospital sesuai dengan Permenkes No.659/Menkes/PER/VIII tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, serta visi RS Cicendo itu sendiri, yaitu Cicendo Eye Hospital as a World-Class Institution for Service, Education, research in Eye Health.
Pada kesempatan tersebut, Menkes juga mengimbau bahwa dalam rangka menyambut pelaksanaan Universal Health Coverage, penambahan fasilitas gedung baru ini diharapkan RS Mata Cicendo dapat optimal dalam memberikan layanan kepada masyarakat yang kurang mampu.
Sementara itu, Direktur PMN RS Mata Cicendo, dr. Hikmat Wangsaatmadja, SpM(K), M.Kes, MM, menyatakan bahwa pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien sehingga pasien lebih nyaman untuk memeriksakan kesehatan matanya.
“Perubahan serta pembangunan dilakukan guna menjaga dan meningkatkan fungsi dan mutu pelayanan Rumah Sakit Mata Cicendo sebagai Pusat Mata Nasional (PMN) yang diharapkan bisa memberikan manfaat kepada semua pihak”, ujar dr. Hikmat.
Saat ini, RS Cicendo memiliki gedung poliklinik pavilion baru yang terdiri dari 9 kamar pemeriksaan. Masyarakat juga dapat memilih dokter yang diinginkan serta fasilitas operasi langsung pulang (day care). Di gedung poliklinik pavilion baru ini juga terdapat ruang pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, elekrodiagnostik dan terapi, apotek dan optik. Selain itu, terdapat fasilitas ruang rawat inap yang terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 yang digunakan bagi pasien untuk masa pemulihan setelah menjalani operasi mata.Saat ini sudah dilengkapi dengan beberapa tempat tidurbaru sehingga pasien lebih nyaman dalam menjalani tindakan dan perawatan.
Cicendo Lasik Center dilengkapi mesin V-Lasik dengan teknologi terkini merupakan bukti keseriusan Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo dalam memberikan pelayanan kesehatan mata yang paripurna dan mampu berkiprah di taraf internasional.
Pada kegiatan yang sama, dilaksanakan juga berbagai kegiatan, antara lain: Seminar Kesehatan Mata, Seminar HIV-AIDS, Talkshow Lasik, Pemeriksaan Gratis, Fun bike, Pameran Foto, live surgery untuk V-Lasik, bedah katarak, serta bakti sosial kelompok masyarakat peduli kebutaan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.ppid.depkes.go.id, dan alamat e-mail kontak@depkes.go.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .