Dewasa ini, Indonesia menghadapi beban ganda (double burden) dalam pelayanan kesehatan, yaitu keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan secara bersamaan, morbiditas dan mortalitas penyakit tidak menular juga makin meningkat. Di samping itu, penyakit tular vektor dan reservoir atau vector borne diseases juga masih merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia. Lebih dari 60% kasus penyakit menular di dunia merupakan penyakit zoonosis dan sekitar 70% diantara penyakit zoonosis berasal dari satwa liar. Di seluruh dunia, ada lebih dari 250 jenis hewan berpotensi menularkan penyakitnya ke manusia. Sementara di Indonesia, terdapat 132 spesies mikro-organisme patogen yang bersifat zoonotik
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada Peluncuran Buku Atlas Reservoir Penyakit di Indonesia (ARPI), di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga (31/1). Buku yang berisi gambaran tentang ciri morfologi umum, biologi, habitat, distribusi dan jenis-jenis penyakit yang ditularkan, khususnya di Indonesi tersebut disusun oleh jajaran B2P2VRP, sebagai laboratorium Human-Animal Interface yang bertugas melaksanakan penelitian dan kajian tentang penyakit tular vektor dan reservoir dalam mendukung Pengendalian Zoonosis di Indonesia.
“Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan keanekaragaman satwa. Karena itu, Indonesia berisiko menjadi sumber penularan penyakit hewan baru dan penyakit zoonosis baru yang bersumber satwa liar. Selain itu, pengelolaan sumberdaya hutan dan hewan yang tidak terkendali dapat menyebabkan Indonesia menjadi hot spot zoonosis”, ujar Menkes.
Menkes mengingatkan bahwa beberapa tahun terakhir ini, di dunia muncul emerging dan re-emerging zoonosis. Guna mengantisipasi hal tersebut, Menkes RI mengimbau kepada seluruh jajaran Pemerintah dan swasta untuk mempererat kapasitas dan kemitraan, terutama dalam hal-hal berikut: Pelaksanaan penelitian yang terintegrasi dan intensif antara jajaran kesehatan manusia dengan kesehatan hewan; Pengembangan pusat penelitian penyakit zoonosis dan pelaksanaan surveilans yang terstruktur pada hewan domestik, satwa liar, dan manusia; Pembentukan tim respon kesehatan dan kesehatan hewan; Pembangunan infrastruktur dan pengembangan tenaga kerja, serta Peningkatan koordinasi dan penguatan fokus kelembagaan, terkait pengendalian penyakit zoonosis.
Menkes juga menegaskan bahwa pengendalian penyakit zoonosis tidak mungkin berhasil jika dilaksanakan sendiri oleh jajaran kesehatan, tanpa kerjasama dengan sektor terkait lainnya, baik di tingkat Pusat maupun Daerah, serta bila tanpa adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Menkes RI juga menyaksikan secara langsung pengakuan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas terselenggaranya Dunia Vektor dan Reservoir (DUVER) sebagai wahana informasi dan dokumentasi vektor dan reservoir penyakit pertama di Indonesia. Piagam penghargaan diserahkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Dr. dr. Trihono, M.Sc, didampingi Kepala B2P2VRP Salatiga, Drs. Bambang Heriyanto, M.Kes.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline