Beberapa waktu belakangan, muncul berbagai pemberitaan di media mengenai bayi yang lahir secara prematur, dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan memiliki kelainan bawaan sejak lahir. Dalam satu kesempatan yaitu pembukaan Seminar Gizi Nasional dengan tema “Mewujudkan Gizi Seimbang Untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda” yang diselenggarakandalam rangka Hari Gizi Nasional (HGN) 2013 di Jakarta (25/2), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menyatakan bahwa sudah saatnya masyarakat berparadigma sehat.
“Sebagian besar masyarakat masih memiliki pemikiran lebih banyak ke arah hilir, mau tambah rumah sakit, mau tambah tempat tidur, mau tambah Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Mengapa kita tidak memikirkan lebih ke arah hulu?”, tanya Menkes.
Menkes mengatakan, bahwa menurut World Health Organization (WHO) jumlah tempat tidur di pelayanan kesehatan di Indonesia sudah mencukupi, bahkan di beberapa Provinsi sudah melebihi. Saat ini, sistem untuk pemerataan akses pelayanan kesehatan itu yang sedang dibangun.
“Jadi, bukan lagi soal jumlah, tetapi lebih ke kesadaran masyarakat dan peningkatan mutu pelayanan yang sudah ada”, ujar Menkes.
Di sela-sela sambutannya, Menkes mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap upaya pencegahan, agar suatu kehamilan benar-benar terjadi saat ibu dalam kondisi yang sehat. Selain itu, diperlukan pola makan dan hidup yang sehat untuk mencegah kelahiran yang prematur, mencegah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau malnutrition di dalam kehamilan, serta mencegah terjadinya cacat bawaan.
Masalah gizi adalah hal yang sangat penting dan mendasar dari kehidupan manusia. Kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
“Kita sudah berhasil menurunkan angka gizi buruk. Tetapi untuk menurunkan membutuhkan extra effort untuk mencapai target MDGs”, kata Menkes.
Menkes menerangkan, prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia masih sebesar 17,9 persen dan stunting masih 35,6 persen (Riskesdas, 2010). Di samping itu, diperkirakan 14.2% balita di Indonesia mengalami gizi lebih dan kegemukan (obesitas). Bahkan, pada kelompok dewasa, prevalensi gizi lebih telah mencapai 21%.
“Kelebihan gizi merupakan risiko utama penyakit tidak menular (PTM) yang juga merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia”, tambah Menkes.
Saat ini Pemerintah bersama organisasi profesi dan organisasi masyarakat, sedang melakukan inisiatif baru dalam bentuk suatu gerakan yang difokuskan pada Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau Scaling Up Nutrition (SUN). Gerakan ini mengintegrasikan intervensi langsung dan intervensi tidak langsung yang diselenggarakan oleh berbagai sektor pembangunan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id, dan alamat e-mail [email protected]This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .